nojeraloff

#The Plan

by nojeraloff


Setelah hari itu, hari dimana Syera dan keluarganya tahu siapa dalang dari kematian kakaknya, Gaura. Syera terus termenung di kamarnya, pasalnya ia sudah mengetahui siapa dalangnya dan ini adalah tugas yang memang harus ia kerjakan di dunia ini. Apakah besok ia akan kembali ke dunianya?

“Nak, ayo kumpul di ruangan pertemuan, ada yang harus dibicarakan.” lamunanya buyar karena suara sang ibu, Quisha.

“Iya, ma.” ujarnya lalu segera mendatangi sang ibu dan pergi menuju ruangan pertemuan yang ibunya maksud.

Setibanya di ruangan itu, ia melihat ada Aleon, Keluarga papa dan mamanya yang pernah ia lihat di buku silsilah keluarga.

“Hai, gimana kabarnya?” tanya Aleon ketika Syera telah duduk di sampingnya.

“Haha, baik lah, lo sendiri gimana?” balas Syera.

“Gak baik gue, mikirin orang terus, ngangeni banget emang.” ujar Aleon.

“Widih siapa tu.” balas Syera.

“Lo lah, siapa lagi yang harus gue pikirin coba?” balas Aleon dengan kerlingan matanya kepada Syera yang membuat Syera menepuk bahu Aleon pelan karena sedang ada keluarga besar di sini.

Tanpa disadari, papa dan mama Syera melihat kegiatan mereka yang saling bercanda.

“Gimana, pa?” tanya mamanya Syera.

“Gimana apanya? Mereka sama-sama telah jatuh cinta. Mungkin setelah semua ini selesai, kita harus menyatukan mereka.” ujar si papa.

Biarlah mereka bersatu setidaknya di dunia ini, bukan?


Setelah lama menunggu keluarga yang lainnya untuk datang, kini mereka semua telah berkumpul di ruangan pertemuan itu.

“Saya mengumpulkan kita semua di sini dengan maksud membahas mengenai almarhum putri saya, Gaura. Saya ingin menjelaskan lebih jelasnya lagi, jadi selama ini saya telah membuat berita yang memang belum jelas mengenai Gaura, keluarga saya terkhususnya putri saya, Syera, sangat berperan penting di sini, ah iya, Aleon juga sama pentingnya dengan Syera. Mereka berdua telah membantu saya untuk menemukan siapa dalang dari kematian Gaura karena saya yakin putri saya tidak akan pernah mengakhiri hidupnya begitu saja, apalagi di pesta pernikahannya. Syera dan Aleon telah menemukan dalangnya yang tidak lain ialah Rachel yang berasal dari Kerajaan Asherouz.” ujar Papanya— Gavra, panjang lebar.

Berisik, itu lah yang terjadi setelah Gavra berbicara mengenai kematian anak sulungnya.

“Apa alasan beliau melakukan itu?” tanya salah satu keluarganya.

“Belum jelas, sebab itulah saya mengumpulkan kita semua untuk membahas ini langsung bersama keluarga Asherouz besok.” jawab Gavra.

“Baiklah, kalau begitu langsung saja diproses pertemuan kedepannya dengan kerajaan Asherouz.”

“Apa semua akan baik-baik saja? Persahabatan kita dengan Fael?” bisik Syera pada Aleon.

Aleon memberikan afeksi ketenangan pada Syera dengan mengelus tangannya dan menatapnya seolah-olah meyakinkan semuanya akan baik-baik saja.

#The Plan

by nojeraloff


Setelah hari itu, hari dimana Syera dan keluarganya tahu siapa dalang dari kematian kakaknya, Gaura. Syera terus termenung di kamarnya, pasalnya ia sudah mengetahui siapa dalangnya dan ini adalah tugas yang memang harus ia kerjakan di dunia ini. Apakah besok ia akan kembali ke dunianya?

“Nak, ayo kumpul di ruangan pertemuan, ada yang harus dibicarakan.” lamunanya buyar karena suara sang ibu, Quisha.

“Iya, ma.” ujarnya lalu segera mendatangi sang ibu dan pergi menuju ruangan pertemuan yang ibunya maksud.

Setibanya di ruangan itu, ia melihat ada Aleon, Keluarga papa dan mamanya yang pernah ia lihat di buku silsilah keluarga.

“Hai, gimana kabarnya?” tanya Aleon ketika Syera telah duduk di sampingnya.

“Haha, baik lah, lo sendiri gimana?” balas Syera.

“Gak baik gue, mikirin orang terus, ngangeni banget emang.” ujar Aleon.

“Widih siapa tu.” balas Syera.

“Lo lah, siapa lagi yang harus gue pikirin coba?” balas Aleon dengan kerlingan matanya kepada Syera yang membuat Syera menepuk bahu Aleon pelan karena sedang ada keluarga besar di sini.

Tanpa disadari, papa dan mama Syera melihat kegiatan mereka yang saling bercanda.

“Gimana, pa?” tanya mamanya Syera.

“Gimana apanya? Mereka sama-sama telah jatuh cinta. Mungkin setelah semua ini selesai, kita harus menyatukan mereka.” ujar si papa.

Biarlah mereka bersatu setidaknya di dunia ini, bukan?


Setelah lama menunggu keluarga yang lainnya untuk datang, kini mereka semua telah berkumpul di ruangan pertemuan itu.

“Saya mengumpulkan kita semua di sini dengan maksud membahas mengenai almarhum putri saya, Gaura. Saya ingin menjelaskan lebih jelasnya lagi, jadi selama ini saya telah membuat berita yang memang belum jelas mengenai Gaura, keluarga saya terkhususnya putri saya, Syera, sangat berperan penting di sini, ah iya, Aleon juga sama pentingnya dengan Syera. Mereka berdua telah membantu saya untuk menemukan siapa dalang dari kematian Gaura karena saya yakin putri saya tidak akan pernah mengakhiri hidupnya begitu saja, apalagi di pesta pernikahannya. Syera dan Aleon telah menemukan dalangnya yang tidak lain ialah Rachel yang berasal dari Kerajaan Asherouz.” ujar Papanya— Gavra, panjang lebar.

Berisik, itu lah yang terjadi setelah Gavra berbicara mengenai kematian anak sulungnya.

“Apa alasan beliau melakukan itu?” tanya salah satu keluarganya.

“Belum jelas, sebab itulah saya mengumpulkan kita semua untuk membahas ini langsung bersama keluarga Asherouz besok.” jawab Gavra.

“Baiklah, kalau begitu langsung saja diproses pertemuan kedepannya dengan kerajaan Asherouz.”

“Apa semua akan baik-baik saja? Persahabatan kita dengan Fael?” bisik Syera pada Aleon.

Aleon memberikan afekti ketenangan pada Syera dengan mengelus tangannya dan menatapnya seolah-olah meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

by nojeraloff


Pesta kerajaan ini adalah pesta yang paling dinanti-nanti oleh semua orang, karena pesta ini memang selalu dirayakan disetiap penghujung tahun.

De Lune Palace adalah kediaman keluarga Rain, di istana ini sangat terkenal dengan aesthetic -nya.

Begitu memasuki ruangan, ternyata telah banyak orang-orang yang datang. Syera dan keluarganya pergi menuju keluarga kerajaan lainnya yang ternyata sedang mengobrol di tempat yang memang disediakan khusus untuk mereka.

“Ma, Pa, Syera ke teman-teman, ya?” izin Syera kepada kedua orang tuanya.

“Iya, sayang.” balas Mamanya.

Syera langsung pergi menuju Rain dan Zaira yang telah berbincang.

“Halooo, lagi ngomongin apaan nih?” ujar Syera begitu tiba.

“Eh, Syera, cantik banget lo. By the way, itu mahkota lo gue baru lihat deh, baru?” tanya Zaira.

“Eh, iya haha.” balas Syera.

“Itu Aleon dan teman-teman datang.” ujar Rain yang langsung membuat Syera dan Zaira menghadap ke pintu masuk.

Tiba-tiba mahkotanya bereaksi, Aleon melihat hal itu dan langsung menarik Syera pergi.

“Lah malah pergi, pengen banget berduaan.” celetuk Elvan.

Terlihat seorang gadis yang sangat tidak menyukai hal tersebut, dan Elvan melihatnya.


“Mahkota lo ngeluarin cahaya merah lagi.” ujar Aleon begitu mereka tiba di lantai atas.

Syera mengambil mahkota itu dari kepalanya, “Berarti dia ada di sini.”

Aleon dan Syera menatap sekitar. Energi mahkotanya semakin kuat.

“Kita harus gimana?” tanya Syera.

“Ikutin kemana mahkota lo mau pergi, gue juga ikut.” final Aleon.

Kedua manusia itu segera pergi menuju bawah. Mengikuti alur dari pestanya agar tidak ada yang mencurigai mereka.

“Ale, ini mahkotanya terus ngarah ke tangga kanan.” bisik Syera.

“Ayo, ikutin aja.” ujar Aleon.

Mereka berdua pergi mengikuti kemana arah mahkota itu ingin pergi. Menaiki tangga dan melewati banyak orang yang tak sedikit itu.

Hingga mereka tiba di salah satu kamar di istana ini. Aleon dan Syera saling menatap kemudian membuka pintu itu secara perlahan dan kosong.

“Gak ada orang.” ucap Syera.

Aleon melihat sekitar dan menemuka lencana kerajaan yang sangat ia kenali. Kemudian, pintu terbuka secara perlahan.

“Sembunyi.” bisik Syera yang langsung menarik Aleon menuju bawah tempat tidur.

“Kak, lo gak harus ikut. Kenapa lo tiba-tiba datang ke sini, sih?” ujar seorang laki-laki dengan nada tidak suka.

Aleon mengerutkan dahinya, suaranya sangat tidak asing baginya.

“Kakak mau lihat acara ini, kakak udah sembuh.” balas lawan bicaranya.

“Kak! Kakak belum sembuh! Aku gak mau kakak kambuh lagi, tolong.” sentak seorang laki-laki itu yang membuat lawan bicaranya langsung menangis.

Aleon dan Syera tidak mengerti maksud dari mereka dan maksud dari mahkota yang menunjukkan ruangan ini.

“Coba buka sedikit, gue gak asing sama suaranya.” bisik Syera.

“Ternyata gak gue doang.” balas Aleon.

Aleon membuka sedikit bed cover yang menutupi pandangan mereka untuk melihat siapa orang yang berargumen itu.

“Fael?” celetuk Syera.

Iya, orang yang sedari tadi berargumen adalah Fael dan kakaknya, Rachel.

“Fael punya kakak?” tanya Syera pada Aleon.

“Punya, tapi gue juga baru lihat orangnya.” balas Aleon.

“Ayo, kak, kita pulang.” ajak Fael sembari menarik tangan kakaknya.

Mereka berdua pergi. Aleon dan Syera segera keluar dari bawah tempat tidur.

Ketika mereka keluar, mahkotanya Syera memancarkan cahaya merah dan muncul sebuah gambaran yang mampu membuat Aleon dan Syera terpaku.

Gambaran itu adalah keluarga Fael yang sedang berargumen mengenai sang kakak, Rachel.

“Pa, kakak udah lakuin hal yang salah! Kakak ngebunuh Kak Gaura di pernikahannya hanya karena kakak mencintai calon suami Kak Gaura.” ujar Fael dengan air matanya yang mengalir.

“Kakak kamu sakit, nak, biarkan ini menjadi rahasia kita, oke?” ujar sang ibu.

Hingga muncul tragedi dimana Rachel membunuh Gaura dengan wajah yang sangat senang.

“Jadi, selama ini Fael udah tau?” ujar Syera lemah.

by nojeraloff


Mereka berjalan mengikuti kemana perginya mahkota itu. Syera yang memegang mahkota dan Aleon yang mengikutinya dari belakang.

“Ini mau kemana sih?” monolog Syera.

Mereka menaiki tangga menuju ruangan perpustakaan lantai 3.

“Kenapa berhenti?” monolognya lagi.

Tidak lama kemudian Aleon tiba, “Kenapa? Ada di dalam?” tanya Aleon pada Syera.

“Mungkin, soalnya ini mahkotanya gak ada reaksi apa-apa lagi, masuk aja?” ujar Syera.

“Masuk aja.” balas Aleon.

Mereka pun memasuki perpustakaan yang cukup ramai. Mereka berjalan mengelilingi perpustakaan tersebut dan mahkotanya bereaksi kembali.

“Ikuti.” ujar Aleon yang diangguki oleh Syera.

Hingga ketika mereka berdua mengikuti arah kemana mahkota itu, Noah muncul secara tiba-tiba.

“Woi, ngapain lo berdua mau ke sudut perpustakaan?” tanya Noah dengan memicingkan matanya.

Syera mengelus dadanya akibat terkejut dengan kemunculan Noah yang tiba-tiba itu dan langsung menyembunyikan mahkota ke belakang badannya.

“Ya mau cari buku lah, lo ngapain di sini njir? Katanya laper terus buru-buru ke kantin.” balas Aleon sembari menarik Syera untuk berdiri di sampingnya.

“Tadi Sir Zoe nyuruh gue ke sini buat nganterin buku, ayo dah ke kantin bareng.” ajaknya.

Aleon dan Syera saling melihat dan hal itu membuat Noah tersenyum.

“Udah, ayo, keburu masuk.” ujar Noah sembari menarik tangan Syera yang membuat Aleon dengan sigap mengambil mahkotanya.


“Nah ini dia anaknya, ni pesenan lo, Syer.” ujar Zaira.

Begitu Syera tiba bersama Aleon dan Noah di sampingnya.

Thanks, Ra.” balas Syera lalu mulai memakan makanannya.

Di meja sebelahnya terdapat Aleon, Noah dan Elvan yang juga menunggu kedatangan kedua temannya.

“Lama amat ke kantinnya.” sindir Elvan.

“Abis berduaan makanya lama.” sambar Noah.

“Apaan dah, makan tuh keburu dingin.” balas Aleon.

Tidak lama kemudian, Fael datang dengan tatapan yang sangat tidak mengenakkan bila dilihat. Dan itu membuat mereka semua tidak berani untuk bertanya bahkan menatapanya lama.

by nojeraloff


Setelah selesai memakan makanan yang telah dipesan, mereka berdua segera beranjak dan kembali ke mobil. Tidak lupa untuk berbelanja tentunya dan membeli beberapa camilan yang akan menemaninya di istana untuk seminggu ke depan.

“Kita ke danau ya, gue ceritain di sana.” ucap Aleon.

“Ayo, sepi, kan?” tanya Syera.

“Sepi kok.” balas Aleon diiringi dengan senyuman manisnya.

Selama perjalanan Syera terus-menerus mengoceh mengenai hal apapun yang ada dipikirannya, dan Aleon menjadi pendengar yang baik.


Benar kata Aleon. Danau ini sepi dan indah dengan matahari yang akan terbenam itu.

“Jadi, gimana?” ujar Syera membuka percakapan.

Kini keduanya menikmati terpaan angin yang menyentuh kulit mereka secara halus.

“Dulu lo pernah hampir celaka. Lo inget?” tanya Aleon.

Syera berpikir terlebih dahulu, ah iya, dia mengingatnya melalui cerita dari teman-temannya.

“Gue inget.”

Aleon menganggukkan kepalanya, “Gue marah, gue mau laporin hal itu tapi ternyata ada orang lain yang menyerahkan dirinya, padahal dia disuruh.” sedikit ada jeda, Aleon menatap Syera.

“Bukan dia tapi ada dalangnya, dan hubungannya dengan kematian kak Gaura? Gue juga gak paham awalnya tapi gue melihat orang yang sama di pernikahan saat itu. Seorang wanita dengan pakaian hitam dan menutupi sebagian wajahnya buat gue gak bisa ngenalin dia secara langsung tapi gue pernah lihat dia dulu, saat lo ditolak dari jendela, tangan gue langsung narik lo tapi mata gue lihat ke bawah dan langsung eye contact sama orang itu.”

Syera terdiam, “Jadi, setelah lo lihat dia di pesta pernikahan kak Gaura, Lo langsung tau bakalan ada hal buruk makanya lo langsung naik ke atas tapi lo terlambat, gitu?” simpul Syera.

“Gue tau lo gak bakalan percaya sama spekulasi gue, tapi itu kenyataannya.” jelas Aleon lagi.

“Gue percaya, gue mau bantu lo. Papa sama mama juga mau gue ikut terlibat di misi ini.” ujar Syera.

“Bahaya, lo harus selalu ada di samping gue, janji?”

Syera mengangguk, “Gue janji.”

by nojeraloff


Setiap orang pasti mempunyai rahasia. Dan yang namanya rahasia pastinya tidak banyak atau bahkan tidak ada yang mengetahuinya kecuali sang pemilik rahasia. Namun, Syera ingin tahu kenapa ia tiba-tiba berada di sini, ia ingin tahu bagaimana bisa kakaknya meninggal padahal beberapa jam kemudian kakaknya akan menikah. Dan ia ingin tahu, apakah ini adalah alasan ia dibawa ke dunia ini? Untuk mencari tahu siapa dalangnya? Entahlah, Syera sendiri tidak memahaminya. Oleh karena itulah, ia datang ke sini, ke ruang keluarga yang mana papanya sudah berjanji akan memberitahu mengenai meninggalnya Gaura, kakaknya.

“Jadi, gimana pa, ma?” tanya Syera tanpa basa-basi lagi.

“Sebelumnya kamu jangan pernah ceritain apa yang papa sama mama sampaikan hari ini.” ujar mamanya, Quisha.

“Syera janji.” balas Syera.

“Kakak kamu tidak bunuh diri, dia dibunuh. Papa sama mama sengaja membuat kakak kamu terlihat seperti bunuh diri karena papa yakin dalangnya ada di sekitar kita. Jadi, papa sama mama melakukan penyelidikan diam-diam dibantu Aleon. Aleon adalah satu-satunya saksi yang mendengar teriakan kakak kamu saat dia akan memanggil kakak kamu untuk turun ke bawah.” ujar papanya, Gavra.

Syera benar-benar tidak menyangka akan hal itu. Dan apa yang dikatakan Aleon tempo hari, ternyata dia dan keluarganya bekerja sama untuk mencari dalangnya.

“Dan kamu tidak tahu akan hal ini karena kamu langsung pingsan saat itu dan dokter bilang, kamu terlalu takut dengan kenyataan bahwa kakak kamu sudah tiada, jadi papa sama mama tidak berani memberitahukan hal ini.” ujar mamanya.

Syera menangis saat mendengar semuanya. Ia tahu ini bukan dunianya, tapi mendengar kakaknya dibunuh adalah hal yang menyakitinya. Ini emosi yang nyata, seakan-akan kakanya ini adalah kakaknya padahal di dunia nyata, ia adalah anal tunggal.

“Mama melihat kamu di ruangan arsip, tapi mama dia aja. Kamu membuka buku silsilah, kan?” tanya sang ibu.

Syera terkejut, “Mama lihat? Aku hanya penasaran.” balas Syera.

“Tidak apa-apa, dan mahkota itu, mama meletakkannya di kamar kamu. Mahkota itu mempunyai rahasia, dan kamu pemilik aslinya.” ujar sang ibu lagi.

“Rahasia?” gumam Syera.

Gavra dan Quisha tersenyum, “Mahkota itu adalah hadiah dari dewi langit, Dewi Zeca. Dan mahkota itu akan mengeluarkan kekuatannya ketika pemiliknya memakai atau sekedar memegangnya. Dan setelah kamu memegang mahkota itu, mama melihat cahaya kecil yang keluar dari berliannya. Jadi, kamu adalah pemiliknya.” ujar sang ibu.

Syera tidak tahu harus berkata seperti apa. Ia terlalu shock.

“Kamu akan papa beri tugas untuk mencari tahu dalang dari kematian kakak kamu bersama Aleon. Papa dan mama juga akan mencarinya lewat istana dan tangan kanan keluarga. Bersedia?” ujar Gavra.

Ini adalah tujuannya datang ke sini, jika ia bisa menyelesaikannya, itu berati ia bisa kembali ke dunia nyata.

“Aku bersedia.”

by nojeraloff


Mendapat kabar mengenai kelas gabungan membuat semua orang yang akan datang menjadi lebih excited karena kelas gabungan ini diadakan hanya setahun dua kali di semester pertama dan kedua saja. Semua yang datang berpenampilan sangat indah. Bagi yang putri memakai gaun kebanggaan mereka dan para pangeran memakai setelan jas atau memakai tuxedo.

Kini keempat pangeran itu telah berada di lobi bersama dua putri yang tak lain ialah Syera dan Rain. Hari ini mereka terlihat sangat menawan. Syera yang merupakan pertama kali melihat mereka terus-menerus memperhatikan para pangeran karena jujur saja mereka terlihat sangat tampan. Tak lupa dengan sahabatnya, Rain, yang terlihat sangat cantik dengan gaun hijau mudanya.

“Kalian nunggu Zaira, kan?” tanya Fael kepada Syera dan Rain.

Rain menganggukkan kepalanya, “Iya, kalian kalau mau duluan, duluan aja.” balas Rain.

“Bareng aja lah.” sambung Elvan.

Sembari menunggu Zaira, keenamnya berbincang ringan, ah lebih tepatnya Syera tidak ikut bergabung karena tidak mengerti apa pembahasan mereka. Menyadari hal itu, membuat Aleon memundurkan langkahnya dan mendekati Syera yang sedari tadi hanya diam dan menatap sekitar.

“Kenapa diem aja?” tanya Aleon yang sedikit membuat Syera kaget.

“Lo ngagetin, Le. Gue lagi nungguin Zaira.” balas Syera.

Aleon terkekeh yang membuat Syera lagi-lagi terpana. Aleon mengusap kecil rambut Syera yang membuat rambutnya sedikit berantakan namun dirapikan kembali. Jantung Syera berdebar sangat kencang seperti akan lepas dari tempatnya. Dan tentu saja hal ini tidak lepas dari pandangan teman-temannya begitupun Zaira yang baru saja tiba.

“Ekhem, Zaira udah dateng nih, masuk yuk.” ajak Syera kemudian segera menarik Zaira memasuki gedung dan disusul yang lainnya.

Dan interaksi mereka tidak lepas dari pandangan seseorang dari jendela atas.


Memasuki gedung kelas membuat Syera takjub. Dengan warna emas dan putih yang memenuhi seluruh penjuru gedung. Ditambah lagi dengan lampu hias yang memenuhi di siap sudut dan di tengah-tengah aula.

Ketika mereka memasuki ruangan, mereka mendapatkan pusat perhatian dari orang-orang yang telah hadir di sini. Bagaimana tidak? Mereka adalah anak dari raja-raja yang sangat terkenal.

“Ini duduknya dipisah, kita duluan ya ke sana.” ujar Rain.

“Oke. Gas lah bro, duduk.” ujar Elvan.

Tidak lama kemudia kelas dimulai. Seorang wanita cantik dengan gaunnya yang indah memasuki ruangan dengan membawa buku. Wanita itu adalah guru yang akan mengisi kelas gabungan ini.

“Halo semua. Saya adalah guru kalian di kelas gabungan ini. Nama saya Amaran.” ujarnya.

Yang lainnya kembali menyapa sang guru. Amaran melihat sekitar, memperhatikan anak muridnya satu-persatu, hingga pandangannya terfokus pada Syera.

“Syera Adeena Zeca dari kerajaan Zecrousie silakan maju.” ujar Amaran.

Syera yang dipanggil segera berdiri dan mengikuti perkataan Amaran. Syera maju menghadap Amaran, di samping kanan dan kiri adalah tempat para pangeran dan putri duduk.

“Kamu, Aleon Abriata, silakan maju juga.” ujar Amaran kembali.

Begitu keduanya maju dan berhadapan, membuat yang lain iri dan senang melihat mereka berdua. Suasana sangat ricuh. Aleon dan Syera yang menjadi pusat perhatian hanya bisa menunduk malu.

“Minggu depan akan ada pesta gabungan kelas. Saya mau kalian berdua yang memimpin acara minggu depan dan kalian akan menjadi pasangan yang akan berdansa minggu depan, bisa?” ujar Amaran.

Syera memandang Aleon yang ternyata juga memandangnya. Aleon menenangkan Syera dengan anggukan kecil kemudia menjawab Amaran bahwa mereka bisa melakukan tugas itu.

“Baiklah, silahkan duduk kembali.” ujar Amaran.

Rain dan Zaira yang melihat Syera kembali dengan wajah lesunya hanya bisa tertawa, “Kayaknya gue lagi gak beruntung deh.” ujar Syera. Pasalnya ia tidak paham dengan apa yang ada di sini.

Zaira menepuk bahunya, “Tenang, ada kita berdua di sini yang siap membantu lo.”

Syera tersenyum, “Seneng banget gue punya sahabat kayak lo berdua.”

Mereka tertawa kecil karena habis ditegur oleh Amaran karena berbicara terlalu. Berbeda dengan Aleon yang senang mendapatkan tugas bersama Syera.

“Iya deh yang seneng karena dapet tugas bareng Syera.” cibir Noah.

“Hahaha, iri lo?” balas Aleon.

“Gak, gak berani gue iri sama lo, takut ditebas kepala gue.” ujar Noah bercanda.

Iya, sejujurnya Aleon telah jatuh hati kepada Syera sejak dulu. Dia terlalu takut untuk berbicara jadi ia hanya bisa memendamnya.

Interaksi itu benar-benar tidak lepas dari salah satu orang yang ada di sini. Dia sangat membenci interaksi mereka.

Let's see sejauh mana lo bisa menjauh dari gue, Aleon. Dan lo Syera, gue benci banget sama lo.”

“Jadi, persiapkan diri kalian untuk minggu depan. Dan persiapkan diri kalian untuk menjalankan ujian kecantikan bagi para putri dan ujian memanah bagi para pangeran.” ujar Amaran.

“Baik, Ms. Amaran.” balas yang lain.

“Saya tinggalkan kalian untuk berdiskusi sebelum ujian.” ujar Amaran lagi.

by nojeraloff


Setelah mengitari sebagian ruangan yang ada di istana ini, Syera pun segera kembali ke tujuan utamanya yaitu mencari tahu silsilah kerajaan. Menurutnya dengan mengetahui silsilah akan memudahkan ia untuk beradaptasi di sini.

Memasuki perpustakaan istana yang pastinya sangat besar itu membuat Syera lagi-lagi harus takjub dengan keindahan setiap sudut istana ini. Namun, karena begitu besar perpustakaan ini membuatnya sedikit kebingungan.

“Tapi, kalau silsilah itu diletak di ruangan terbuka gini kayaknya aneh deh.” monolognya.

Syera melihat penjaga perpustakaan yang sedang merapikan beberapa buku yang berserakan. Syera menghampirinya dengan perlahan.

“Pak.” panggil Syera.

Penjaga istana itu cukup terkejut melihat keberadaannya di sini seakan-akan ini kali pertamanya datang ke perpustakaan ini, “Iya, tuan putri?” ujar si penjaga perpustakaan.

“Ah, itu... aku mau tau arsip kerajaan ditempatkan dimana, aku gak tau, pak.” ujar Syera.

Si penjaga perpustakaan tersenyum, “Ini pasti karena tuan putri sudah lama tidak ke perpustakaan jadinya lupa gini.”

Syera hanya bisa tertawa. Kemudian, penjaga perpustakaan itu menunjukkan jalan menujuu rak buku paling ujung dan ternyata ada pintu kecil menuju sebuah ruangan arsip kerajaan.

Setelah mengucapkan terima kasih. Begitu masuk ke ruangan ini, Syera dapat langsung melihat foto-foto raja dan ratu terdahulu. Hingga pandangannya terfokus pada sebuah lemari kaca yang di depannya bertuliskan silsilah kerajaan. Didalamnya hanya ada satu buku yang sudah sangat usang dan satu mahkota yang sangat tak asing baginya.

“Ini bukannya mahkota yang gue liat di perpustakaan sekolah, ya?” monolognya lagi.

Syera menyentuh mahkota itu dan melihatnya lebih detail lagi. Ternyata terdapat tulisan kecil berbahasa inggris Secret of The Crown dan ada bacaan kecil di bawahnya look for the truth that was never revealed here, setelah membacanya ia mengambil buku silsilah itu dan duduk di tempat duduk yang memang telah disediakan.

“Berdebu banget, ini gak pernah ada yang ke sini, kah?” monolognya lagi.

Dilembaran pertama terdapat foto dan sejarah dari raja pertama dan ibu ratu. Syera membacanya dengan perlahan seakan ia takut jika ada satu hal saja yang akan terlewat. Di lembar berikutnya adalah struktur silsilah kerajaan dari raja pertama dan ratu yang mempunyai anak dan anaknya mempunyai anak yang sekarang adalah papanya.

Di lembar berikutnya adalah bagian dari raja ketiga dan istrinya yang tak lain ialah papa dan mamanya. Syera mengeryitkan dahinya, di mana lembaran sebelumnya? Bukankah ada raja kedua?

“Lah ini gak ada yang hilang, kan? Kenapa langsung ke papa?” herannya.

Sibuk mencari bagian yang hilang membuatnya tidak mewaspadai satu hal bahwa ada yang sedang memperhatikannya sedari awal ia masuk ke ruangan ini.

by nojeraloff


Pernah tidak kalian merasa tidak tahu harus melakukan apa? Iya, itu yang dirasakan oleh Syera Adeena Zeca saat ini. Bayangkan saja, yang awalnya hanya ingin meminjam buku di perpustakaan tiba-tiba sudah berada di dunia yang bahkan ia sendiri tidak tahu dimana. Berpakaian seperti pada cerita dongeng kerajaan, teman-teman yang terlihat sama namun berbeda, bahkan keluarganya juga begitu. Yang ia tahu adalah satu hal, apa alasan ia yang tiba-tiba berada di dunia ini, ia harus mencari tahu tentang hal itu.

Tersadar dari lamunannya yang memikirkan beban apalagi yang akan ia pikul di hari-hari yang akan datang. Ia menatap seorang lelaki di depannya yang memakai pakaian santai namun tetap sopan.

“Syera? Ayo, malah ngelamun.” ujar lelaki itu dengan suara beratnya.

Tidak berbicara untuk sekedar berkata 'iya', Syera segera masuk karena pintunya sudah dibukakan oleh lelaki itu yang ia yakini adalah Aleon.

Aleon masih berdiri di luar berbincang dengan penjaga sekolah ini, dilihat dari caranya berbicara saja Syera sudah tahu siapa Aleon ini, dia pasti seorang putra dari raja. Kalau benar sih, batin Syera.

Setelah siap berbicara, Aleon segera masuk ke dalam mobil. Begitu masuk, Syera dapat merasakan wangi musk yang menguar dari tubuh Aleon.

“Kita belum pernah kenalan secara resmi, gue Aleon Abriata.” ujarnya sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Syera.

“Syera Adeena Zeca.” ujar Syera sembari menjabat tangannya Aleon.

“Gue sedih banget pernikahan kakak lo dan abang sepupu gue dibatalin.” ujar Aleon lagi sembari menyetir mobilnya menuju kediaman keluarga Syera.

Syera mengerutkan keningnya, “Kenapa dibatalin?” ujarnya.

Aleon menatap heran Syera sekilas. Menyadari hal itu membuat Syera gelagapan.

“Gue mau mastikan dari pandangan orang-orang aja.” ujarnya kembali.

Aleon menganggukkan kepalanya, “Kakak lo dibunuh, itu pandangan gue. Bukan karena bunuh diri seperti yang dibilang orang-orang.”

by nojeraloff


Setelah mendapatkan foto, mereka segera keluar dari ruangan tersebut. Untuk tidak menimbulkan kecurigaan maka mereka berpencar. Je dan Zura bersama telah turun dari lift dan menuju tempat semula mereka berada.

Terlihat Kayyi dan Carissa baru saja memasuki rumah. Jujur saja Je dan Zura merasakan gugup yang luar biasa seperti telah melakukan suatu hal yang tidak baik. Tetapi memang iya, bukan? Mereka menggeledah setiap ruangan demi menemukan suatu latar belakang keluarga Kayyi bekerjasama dengan Granbour.

“Loh kok tinggal kalian berdua aja? Niel dan Helma mana?” tanya Kayyisa.

“Helma ke toilet, Niel lagi angkat telepon.” ujar Zura dengan spontan.

Kayyisa hanya menganggukkan kepalanya. Tidak sedikitpun menaruh rasa curiga pada mereka.

“Yaudah gue ke dapur dulu, ya.” ujar Kayyisa yang diangguki ketiganya.

“Kasian deh lo, Ra.” celetuk Carissa.

Zura melirik horor Carissa, “Maksud lo?”

“Lo pasti iri kan liat rumah kita pada besar-besar, sedangkan lo enggak, haha.” ucapnya lagi.

“Lah, lucu lo, Sa.” balas Zura.

Je menghela napas panjang, “Carissa, kayaknya lo gak usah mancing emosi deh, Zura dari tadi diam aja padahal.”

“Kamu kenapa belain dia terus sih, Je?” tanya Carissa.

“Apanih ribut-ribut.” celetuk Helma yang baru saja kembali dari 'toilet.'

“Udah, Sa. Gue lagi gak mau cari masalah sama lo.” final Zura.

Carissa membuang mukanya ke arah lain dan tanpa sengaja bertatapan dengan Niel yang sedang berjalan ke sini.

“Hai, Niel. Udah siap?” tanya Carissa.

Niel hanya mengangguk, tidak berbicara sedikitpun.

Hingga tiba-tiba,

“Selamat datang, tuan.”