nojeraloff

by nojeraloff


Mengatakan kejujuran bukanlah yang sangat mudah. Bagi beberapa orang, mungkin mengatakan mengenai suatu kejujuran bukanlah yang sulit juga. Namun tetap saja, untuk mengatakan kejujuran tersebut dibutuhkan kesiapan diri untuk menerima konsekuensi yang akan terjadi.

Sama seperti Syera saat ini. Kini di kamarnya sudah ada teman-temannya yang berkumpul untuk menjenguk dirinya. Syera memandangi wajah temannya satu persatu, ia takut akan mengecewakan mereka semua termasuk orang tuanya.

“Lo mau ngomong apa, Ra?” ujar Elvan membuka pembicaraan.

“Ada yang harus gue ceritain ke kalian semua.” ujar Syera yang membuat seluruh atensi teman dan orang tuanya beralih kepadanya.

“Apa? Lo mau cerita tentang apa?” tanya Noah.

“Gue mau jujur, kalau gue bukan Syera dari keluarga ini. Gue Syera dari tempat yang berbeda.” ujar Syera dengan cepat.

Semuanya terdiam, kemudian tertawa, “Lawak lo, Ra.” ujar Elvan lalu tertawa lagi.

“Gue serius! Ma, pa, aku bukan Syera yang selama ini kalian besarkan. Aku bukan Syera si putri kerajaan, aku bukan anak kalian dan aku bukan teman kalian yang selama ini kalian kenal baik, bukan aku orangnya. Aku datang dari dunia lain, namaku juga Syera dan orang-orang yang aku kenal di sini juga sama dengan di dunia tempat aku berada sebelumnya. Aku datang ke sini karena mahkota ini, mahkota ini bawa aku ke sini untuk menyelesaikan beberapa hal yang terjadi di sini, dan yang manggil aku lewat mahkota ini adalah kak Gaura, bahkan aku bertemu dengannya—” terdapat jeda karena Syera menangis dan yang lainnya hanya melihatnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

“Aku juga bingung kenapa aku bisa ada di sini dan kenapa harus aku orangnya.” lanjutnya lagi.

“Jadi waktu lo chat di grub sehabis dari perpustakaan waktu itu?” ujar Rain.

“Iya! Gue bingung saat itu, makanya gue gak tau apa-apa dan seolah hilang ingatan, padahal gue emang bukan Syera yang kalian kenal.” jawab Syera cepat.

“Lalu, bagaimana dengan Syera anak kami? Dia berada dimana?” tanya Gavra.

“Aku tau pa, ah maksudku tuan Gavra. Dia ada di persembunyian kak Gaura selama ini di kamarnya.”

Semuanya saling menatap satu sama lain, “Tunjukkan.” ujar Gavra.

Lantas mereka segera beranjak menuju kamar Gaura, di mana di kamar itu ada ruangan rahasia dan di ruangan itulah Syera yang asli berada.

“Itu Syera yang asli.” ungkap Syera sembari menunjuk tubuh yang terbaring di atas tempat tidur.

Semuanya segera berlari kecuali Aleon. Semuanya berlari menuju Syera yang asli yang sedang terbaring tidak sadarkan diri.

“Al, dia ada di sana, dia yang seharusnya kamu cintai.” ujar Syera yang menyadari Aleon sedang menatapnya lekat.

“Aku terlanjur jatuh hati sama kamu, kamu yang katanya bukan Syera yang sebenarnya. Aku harus gimana, Ra?” ujar Aleon, terdengar nada putus asa dari ucapannya.

Syera menyeka air matanya yang akan turun, “Aku akan kembali, Al. Aku gak akan di sini lagi, maaf.” ujarnya sembari menatap Aleon.

Aleon ingin berbicara, namun tiba-tiba saja mahkota yang ada di tangan Syera bergerak menuju Syera yang asli. Aleon dan Syera melihat hal tersebut, Syera segera mengikuti mahkota tersebut. Dan tiba-tiba saja, sebuah cahaya putih muncul dari mahkota tersebut.

“Ini kenapa?” tanya Zaira.

“Iya, ini kenapa?” beo Fael.

“Nak, kamu apain mahkotanya?” tanya Quisha, sang ibu kepada Syera.

“Gak tau, tapi sepertinya aku dan Syera yang kalian kenal akan kembali ke tempat masing-masing. Tandanya, aku harus pergi.” ujar Syera.

“Kita belum selesai dan kamu mau pergi?” celetuk Aleon.

“Al, maaf, ini di luar kendali kita, duniaku harus berputar, bukan? Maka aku harus kembali ke tempat asalku, jika memungkinkan, pasti kita akan bertemu suatu saat ini, entah kamu dengan ingatanmu yang sekarang ataupun kamu yang tidak ingat dengan aku dan kamu saat ini. Dan semuanya, terima kasih banyak! Aku banyak belajar dari kalian dan aku berterimakasih karena kalian sudah banyak membantu aku di sini!” ujar Syera.

Sesaat kemudian, tubuhnya menghilang terbawa cahaya putih. Syera tersenyum, inilah akhir yang seharusnya menjadi akhir dirinya berada di sini. Tugas yang diberikan kepadanya telah selesai. Maka, sudah waktunya ia kembali.

by nojeraloff


Setelah berkirim pesan dengan abang tirinya, Gavra merasa ini semua sangat salah. Anaknya tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini.

“Gue tau lo ada di mana, bang.” gumam Gavra.

Saat ini dirinya sedang menyetir bersama Aleon. Sedangkan yang lainnya berada di mobil yang mengikuti di belakang.

“Pa, kalau boleh tau, kenapa abang papa diasingkan?” tanya Aleon.

Ah, iya, Aleon sekarang telah memanggilnya papa mengingat dirinya sudah bertunangan dengan Syera secara kekeluargaan, lain lagi secara publiknya.

“Papa adalah anak angkat Keluarga Zeca, awalnya dia sangat baik ke papa. Namun, karena kesalahannya yang fatal membuatnya tidak menjadi ahli waris Keluarga Zeca dan beralih ke papa.” cerita Gavra.

“Kesalahan apa, pa?” tanya Aleon lagi.

“Dia hampir membunuh salah satu pelayan karena amarahnya yang tidak terkontrol, dia juga menyalahgunakan kekuasaan Keluarga Zeca kepada masyarakat. Hal itu membuatnya diasingkan, bahkan sebelum pergi untuk diasingkan, dia hampir membunuh papa.” ujar Gavra.

“Kalau begitu papa benar-benar tau di mana Syera?” tanya Aleon.

“Tau, papa sangat tau persis di mana anak papa sekarang.” yakin Gavra.

Mobil terus melaju membelah jalanan yang sepi ini, mengingat sekarang sudah pukul 11 malam, orang-orang pasti sudah berada di tempat ternyaman untuk tidur.


Mereka sampai di sebuah villa tua di daerah perhutanan, yang artinya masih sangat banyak pepohonan di sini dan jauh dari wilayah masyarakat.

Villa ini sangat sepi di luar gerbang yang menjulang tinggi, namun mereka yakin di dalamnya pasti banyak sekali anak buah Reon, abang tirinya Gavra.

“Semuanya berpencar, untuk Zaira dan Rain, kalian mau ikut?” ujar Gavra.

Zaira dan Rain menganggukkan kepalanya, “Kami berdua selalu membawa perlengkapan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, om.” ujar Rain.

“Baiklah, bagus kalau begitu, sekarang kita berpencar, tetap waspada mengingat ini sudah malam.” ujar Gavra.

“Baik.” jawab para pengawal.

“Kita bareng aja, Rain.” ujar Zaira pada Rain.

“Iya kalian berdua bareng.” sambar Fael yang mendengar perkataan Zaira.

“Iyaa.” balas Rain.

Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Syera. Sedangkan Gavra masuk melalui pintu depan yang membuat semua senjata mengarah padanya.

“Tenang, saya hanya ingin bertemu dengan abang saya.” ucapnya tenang.

Maka terbukalah pintu masuk menuju ke dalam villa. Terlihat sangat tenang sekaligus menyeramkan.

“Selamat datang adikku.” sambut Reon lalu memeluk Gavra.

“Di mana anak saya?” to the point Gavra.

Reon tertawa kencang, “Santai dong, kita bincang-bincang kecil dulu.” ucap Reon.

Ditariknya Gavra menuju sofa yang tersedia. Gavra mengikuti saja, mengingat abangnya ini tidak suka dibantah, apalagi jika dibantah ia akan sangat marah seperti anjing gila.

Di sisi lain, Aleon dan yang lainnya sedang melawan para penjaga yang ia yakinin ruangan itu adalah ruangan di mana Syera berada karena banyak sekali penjaga yang berjaga di sana.

Aleon melawan dibantu dengan Elvan dan beberapa pengawal yang mengikuti mereka.

“Akh, anjing.” umpat Elvan karena tangannya terkena pisau yang dilayangkan oleh anak buah Reon.

“El, lo mundur, biar gue aja.” ujar Aleon.

“Gue bisa.” ucap Elvan.

Para pengawal sedang bertarung, tidak menggunakan pistol kecuali di keadaan yang genting. Kesempatan ini di ambil oleh Aleon dan Elvan untuk masuk ke dalam dan ternyata telah ada Rain dan Zaira yang juga masuk dari pintu lainnya.

Ruangan yang mereka masuki ini berada di halaman belakang villa, dimana ada tangga yang mengarah ke ruangan bawah tanah.

“Lah kalian di sini juga, lewat dari mana?” tanya Elvan.

“Itu dari pintu samping, gue kira masuk ke dalam rumah, ternyata ke sini.” jelas Zaira.

“Yaudah kita bareng aja, kalian di tengah-tengah kita ya.” ujar Aleon.

Mereka segera berjalan menuju satu-satunya ruangan yang ada di sini, dan benar saja terdapat Syera yang disekap dan diikat.

“Syera!” sentah Zaira yang langsung memeluk sahabatnya itu.

“Buka talinya cepat, keburu ada yang datang.” ujar Rain.

Mereka sibuk membuka tali yang mengikat Syera sampai tidak sadar di belakang mereka ada anak buah Reon yang bertubuh besar sedang mengangkat pistol mengarah ke mereka.

Sepersekian detik suara peluru yang keluar dari pistol terdengar oleh mereka dan terkena ke dinding di belakang Syera, meleset. Dengan sigap mereka melihat siapa yang menembak. Terlihat Noah dan Fael yang mengarahkan pistol mereka ke anak buah Reon yang saat ini sedang terkapar.

“Syukurlah kita datang tepat waktu.” celetuk Noah.

“Cepat bawa Syera, anak buahnya udah pada sekarat.” ujar Fael.

Aleon menggendong Syera dan membawanya keluar diikuti yang lainnya. Misi selesai dan Syera selamat.

Lalu bagaimana dengan Gavra?

by nojeraloff


Apa yang akan kamu lakukan jika mendapatkan kabar buruk mengenai orang yang kamu sayang? Hal pertama pasti kamu panik, bukan? Lalu pergi menanyai orang yang kamu sayang tersebut, meskipun kamu sudah berusaha meyakini diri sendiri untuk selalu berpikir positif. Itulah yang dirasakan teman-teman Syera saat ini.

Kini mereka semua telah berada di sebuah ruangan di mana terdapat kontrol CCTV, tentu saja dengan maksud untuk melihat keberadaan terakhir Syera.

“Udah dapat izin?” tanya Elvan, terlihat wajahnya yang sangat panik.

“Syukurnya udah, tapi yang jaga lagi ngambik barang yang ketinggalan.” jawab Zaira.

Sungguh, momen ini adalah momen yang sangat mendebarkan bagi mereka semua, masing-masing dari mereka berdoa di dalam hati yang mana isi daripada doanya adalah sama, yaitu mengenai pikiran positif bahwa Syera akan baik-baik saja.

“Baik, mari kita cek sekarang.” ujar si penjaga setelah kembali entah dari mana.

“Iya, pak.” ujar mereka semua bersamaan.

Si penjaga mulai mengotak-atik keyboard dan mouse lalu terbukan rekaman hari ini.

“Pak, sekitaran jam 6 sore teman saya hilang, tolong putarin di jam segitu pak dan di lantai satu ya, pak.” usul Rain.

Si penjaga segera mempercepat rekaman CCTV tersebut dan sampailah pada rekaman di jam 6 sore lantai satu.

“Pak, itu teman saya.” ujar Zaira sembari menunjuk layar.

Si penjaga dengan segera membesarkan layarnya, dengan kata lain zoom.

Terlihat Syera, Zaira dan Rain yang sedang berbicara, kemudian Zaira pergi dan tinggallah Rain dan Syera. Rain kemudian meninggalkan Syera yang sedang membeli dessert karena dirinya juga ingin membeli makanan. Kemudian sampailah pada rekaman di mana Syera menghampiri anak kecil kemudian membawanya ke tempat yang lebih sepi untuk berbicara dan terlihat para pria berpakaian hitam datang dan membuatnya pingsan.

“Bangsat, siapa sih itu orang.” geram Noah.

“Gue udah bilang ke papanya Syera, bentar lagi bakalan sampai, mending kita tunggu di lobi, dan pak, saya izin untuk memfoto orang-orang yang berpakaian hitam ini, ya, pak.” ujar Aleon Yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.

“Iya, silakan.” balasnya.

Setelah itu mereka segera pergi menuju lobi untuk menemui Gavra.


Selang beberapa menit mereka telah berada di lobi, Gavra datang bersama banyak pengawal.

Gavra segera turun menghampiri teman-teman Syera yang telah menunggunya. Wajahnya tampak sangat tenang, walaupun hatinya merasakan takut yang sangat mendalam.

“Ini pa pelakunya.” ujar Aleon sembari menunjukkan foto yang telah ia ambil tadi.

“Saya kenal mereka.” ujar Gavra.

Teman-teman Syera terlihat terkejut karena suara Gavra yang sangat berat dan tangannya yang mengepal.

“Mereka adalah anak buah abang saya yang diasingkan oleh keluarga.”

by nojeraloff


Bagi wanita jalan-jalan ada sebuah hukum yang wajib untuk dilakukan, walaupun sebulan hanya sekali, seenggaknya ada waktu untuk spend our time by walking around or buy something useless.

Seperti saat ini Syera, Zaira dan Rain yang memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di sebuah mall jauh dari perkotaan dimana rumah mereka berada, lebih tepatnya di kota seberang.

“Makan dulu atau belanja dulu?” tanya Rain pada kedua temannya.

“Makan dulu deh, biar ada tenaga pas belanja.” jawab Zaira yang disetujui oleh Syera.

“Okelah, makan udon atau ramen?” tanya Rain lagi.

“Pengen udon.” jawab Syera.

“Yaudah gas makan itu aja, ntar sebelum pulang kita makan dessert.” balas Rain.

Maka ketiganya pun segera pergi menuju tujuan pertama mereka di sini.


Setelah mengisi perut mereka yang kosong tadi. Kini mereka telah berada di tempat pembelanjaan yang berada di lantai 4. Masing-masing dari mereka memilih pakaian ataupun aksesoris secara terpisah, karena memang kebutuhan setiap manusia itu berbeda, bukan?

“Ih ini lucu banget.” gumam Syera saat melihat coat yang tergantung berwarna coklat muda.

“Ambil dong, Ra. Tinggal satu juga tuh.” sambar Rain yang ternyata sedari tadi ada di belakang Syera.

“Iya ini mau gue ambil haha, lo udah dapat yang mau dicari, Rain?” ujar Syera.

Rain menganggukkan kepalanya sembari menunjukkan keranjang belanjaannya, “Nih, udah semua.”

“Yaudah, yuk, ke Zaira.” ujar Syera yang kemudian menggandeng tangan Rain untuk pergi menuju Zaira.

Terlihat Zaira yang sedang memilih di antara dua pakaian yang sedang ia pegang.

“Ambil aja dua-duanya.” celetuk Rain.

“Kaget, kalian udah siap?” tanya Zaira.

Yang ditanya menganggukkan kepalanya, “Udah dong.” balas Syera.

“Gue juga, ayo bayar.” ujar Zaira.

Ketiganya pergi untuk membayar belanjaan mereka di kasir yang telah tersedia.

“Toilet dulu yuk.” ajak Zaira.

Ketiganya langsung pergi menuju toilet yang berada di lantai 4 itu juga.

Saat ini sudah mulai ramai pengunjung yang datang, mengingat sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.

“Mau langsung pulang atau ke dessert dulu?” tanya Syera.

“Pulang deh, besok lo juga harus bangun pagi, Ra.” balas Rain.

“Yaudah deh, pulang aja, tapi gue mau beli dessert dulu ya, buat mama.” ujar Syera.

“Ayo gue temenin, biar Zaira ambil mobilnya.” ujar Rain.

“Yaudah, sana beli dulu.” ujar Zaira.

Mereka berpisah, Rain dan Syera pergi untuk membeli dessert yang diinginkan, sedangkan Zaira pergi menuju parkiran mobil untuk mengeluarkannya.

“Syera, gue mau beli waffle dulu ya.” izin Rain pada Syera.

“Iya sana.” balas Syera.

Tanpa disadari, perginya Rain membuat Syera dalam bahaya.

Syera yang telah siap membeli segera pergi menuju Rain yang masih memesan, namun diperjalanan menuju Rain berada, Syera melihat seorang anak kecil yang tersesat.

“Aduh kasian.” gumamnya.

Maka dengan sigap Syera menghampiri anak kecil itu dan membawanya jauh dari keramaian untuk berbicara mengenai orang tuanya.

“Mama atau papa kamu dimana, cantik?” tanya Syera.

“Aku ndak tau.” ujar anak kecil itu sembari menunduk.

Ketika anak kecil itu mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Syera, tiba-tiba saja Syera ditarik paksa dengan mulut yang sudah ditutup dengan sapu tangan.

Anak kecil yang melihat hal tersebut hanya menatap polos.

Syera telah diculik, dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali anak kecil yang polos itu.

by nojeraloff


Bagi wanita jalan-jalan ada sebuah hukum yang wajib untuk dilakukan, walaupun sebulan hanya sekali, seenggaknya ada waktu untuk spend our time by walking around or buy something useless.

Seperti saat ini Syera, Zaira dan Rain yang memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di sebuah mall jauh dari perkotaan dimana rumah mereka berada, lebih tepatnya di kota seberang.

“Makan dulu atau belanja dulu?” tanya Rain pada kedua temannya.

“Makan dulu deh, biar ada tenaga pas belanja.” jawab Zaira yang disetujui oleh Syera.

“Okelah, makan udon atau ramen?” tanya Rain lagi.

“Pengen udon.” jawab Syera.

“Yaudah gas makan itu aja, ntar sebelum pulang kita makan dessert.” balas Rain.

Maka ketiganya pun segera pergi menuju tujuan pertama mereka di sini.


Setelah mengisi perut mereka yang kosong tadi. Kini mereka telah berada di tempat pembelanjaan yang berada di lantai 4. Masing-masing dari mereka memilih pakaian ataupun aksesoris secara terpisah, karena memang kebutuhan setiap manusia itu berbeda, bukan?

“Ih ini lucu banget.” gumam Syera saat melihat coat yang tergantung berwarna coklat muda.

“Ambil dong, Ra. Tinggal satu juga tuh.” sambar Rain yang ternyata sedari tadi ada di belakang Syera.

“Iya ini mau gue ambil haha, lo udah dapat yang mau dicari, Rain?” ujar Syera.

Rain menganggukkan kepalanya sembari menunjukkan keranjang belanjaannya, “Nih, udah semua.”

“Yaudah, yuk, ke Zaira.” ujar Syera yang kemudian menggandeng tangan Rain untuk pergi menuju Zaira.

Terlihat Zaira yang sedang memilih di antara dua pakaian yang sedang ia pegang.

“Ambil aja dua-duanya.” celetuk Rain.

“Kaget, kalian udah siap?” tanya Zaira.

Yang ditanya menganggukkan kepalanya, “Udah dong.” balas Syera.

“Gue juga, ayo bayar.” ujar Zaira.

Ketiganya pergi untuk membayar belanjaan mereka di kasir yang telah tersedia.

“Toilet dulu yuk.” ajak Zaira.

Ketiganya langsung pergi menuju toilet yang berada di lantai 4 itu juga.

Saat ini sudah mulai ramai pengunjung yang datang, mengingat sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.

“Mau langsung pulang atau ke dessert dulu?” tanya Syera.

“Pulang deh, besok lo juga harus bangun pagi, Ra.” balas Rain.

“Yaudah deh, pulang aja, tapi gue mau beli dessert dulu ya, buat mama.” ujar Syera.

“Ayo gue temenin, biar Zaira ambil mobilnya.” ujar Rain.

“Yaudah, sana beli dulu.” ujar Zaira.

Mereka berpisah, Rain dan Syera pergi untuk membeli dessert yang diinginkan, sedangkan Zaira pergi menuju parkiran mobil untuk mengeluarkannya.

“Syera, gue mau beli waffle dulu ya.” izin Rain pada Syera.

“Iya sana.” balas Syera.

Tanpa disadari, perginya Rain membuat Syera dalam bahaya.

Syera yang telah siap membeli segera pergi menuju Rain yang masih memesan, namun diperjalanan menuju Rain berada, Syera melihat seorang anak kecil yang tersesat.

“Aduh kasian.” gumamnya.

Maka dengan sigap Syera menghampiri anak kecil itu dan membawanya jauh dari keramaian untuk berbicara mengenai orang tuanya.

“Mama atau papa kamu dimana, cantik?” tanya Syera.

“Aku ndak tau.” ujar anak kecil itu sembari menunduk.

Ketika anak kecil itu mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Syera, tiba-tiba saja Syera ditarik paksa dengan mulut yang sudah ditutup dengan sapu tangan.

Anak kecil yang melihat hal tersebut hanya menatap polos.

Syera telah diculik, dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali anak kecil yang polos itu.

by nojeraloff


Pagi ini menjadi pagi yang sibuk bagi keluarga Zeca. Pasalnya baru tadi malam mereka mendapatkan kabar bahwa Aleon akan melamar Syera, putri mereka. Alhasil pagi ini menjadi sibuk karena persiapan yang serba mendadak.

“Papa, kepala maid barusan bilang kalau semua persiapan udah selesai.” ujar Quisha, istrinya yang mana adalah Ibunya Syera.

Alright, anak kita gimana, ma?” tanya Gavra.

“Masih make-up lah, dia juga gak tau loh, pa.” gurau Quisha.

Tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil dan terompet yang mana menandakan calon besan mereka telah tiba. Dengan tergesa-gesa sepasang suami istri itu mendatangi pintu masuk untuk menyalami calon besan mereka.

“Akhirnya sampai juga.” ujar Papanya Aleon, Deon Abriata.

“Widih, lama gak jumpa bro.” sapa Gavra pada Keluarga Abriata.

Perlu diketahui bahwa Gavra dan Deon adalah teman satu sekolah, jadi tidak heran jika mereka saling berbicara tidak formal. Aleon yang melihat keakraban keduanya sudah tidak heran lagi mengingat tentang masa lalu kedua pria paruh baya itu.

“Ayo duduk calon besan.” gurau Quisha pada calon besannya itu.

“Ternyata tanpa kita bilang tentang keinginan kita dulu pun mereka tetep bakalan bersatu juga ya hahaha.” celetuk Deon.

“Iya ya, padahal dulu kita saling janji buat satuin anak kita yang kedua hahaha.” balas Gavra.

“Masih inget gak lo waktu istri lo mau lahiran si Syera?” tanya Deon.

“Hahaha ingetlah, itu kocak sih.” balas Gavra.

“Oh yang mikirin nama untuk Syera, kan? Itu lucu banget sih.” sambar Vani, Ibunya Aleon.

“Udah-udah, ini mau dipanaggilin gak si Syera?” lerai Quisha yang sedari tadi menjadi bahan pembicaraan.

“Panggilin dong, tan.” balas Aleon degan cepat yang membuat semuanya tertawa.

“Gak sabaran banget sih kamu, Aleon.” ujar Vani.

Quisha pun berdiri dan berjalan menuju kamar Syera yang berada di lantai dua. Hatinya terasa sangat bahagia melihat putri bungsunya yang akan menikah dengan pria yang baik.

“Syera sayang, ayo ke bawah.” panggilnya begitu sampai di depan kamar Syera.

Pintu terbuka menampilkan Syera dengan gaun putihnya, sungguh indah. Syera tersenyum pada ibunya, senyum canggung karena ia menyadari mengapa ia didandanin seperti ini. Yap, benar, ucapan Aleon tadi malam lah yang membuatnya sadar. Wah, apakah ia akan benar-benar menikahi Aleon? begitulah pikirnya sedari tadi.

“Mama, aku malu.” bisiknya pada Quisha.

“Ngapain malu? Kalian udah saling kenal juga, kan.” balas Quisha.

Keduanya telah sampai dan Syera dipersilakan duduk di samping Aleon. Kedua keluarga menatap mereka dengan senyuman yang tidak bisa tertahankan.

“Mulai aja nih?” ujar Gavra mencairkan suasana.

“Mulai aja lah.” balas Deon.

Acara ini dimulai dengan sambutan dari kedua orang tua. Sejujurnya suasana ini sedikit mengharukan, buktinya Syera meneteskan kedua air matanya yang langsung diseka oleh Aleon. Keduanya saling menatap dan melemparkan senyumannya.

“Gimana? Kalian berdua benar-benar setuju, kan?” tanya Deon.

Yang ditanya pun langsung menganggukkan kepalanya. Tepuk tangan langsung menggema di seluruh penjuru ruangan karena para maid yang ikut menyaksikan turut bertepuk tangan.

Keduanya kini telah resmi menjalin hubungan.

by nojeraloff


Pagi ini menjadi pagi yang sibuk bagi keluarga Zeca. Pasalnya baru tadi malam mereka mendapatkan kabar bahwa Aleon akan melamar Syera, putri mereka. Alhasil pagi ini menjadi sibuk karena persiapan yang serba mendadak.

“Papa, kepala maid barusan bilang kalau semua persiapan udah selesai.” ujar Quisha, istrinya yang mana adalah Ibunya Syera.

Alright, anak kita gimana, ma?” tanya Gavra.

“Masih make-up lah, dia juga gak tau loh, pa.” gurau Quisha.

Tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil dan terompet yang mana menandakan calon besan mereka telah tiba. Dengan tergesa-gesa sepasang suami istri itu mendatangi pintu masuk untuk menyalami calon besan mereka.

“Akhirnya sampai juga.” ujar Papanya Aleon, Deon Abriata.

“Widih, lama gak jumpa bro.” sapa Gavra pada Keluarga Abriata.

Perlu diketahui bahwa Gavra dan Deon adalah teman satu sekolah, jadi tidak heran jika mereka saling berbicara tidak formal. Aleon yang melihat keakraban keduanya sudah tidak heran lagi mengingat tentang masa lalu kedua pria paruh baya itu.

“Ayo duduk calon besan.” gurau Quisha pada calon besannya itu.

“Ternyata tanpa kita bilang tentang keinginan kita dulu pun mereka tetep bakalan bersatu juga ya hahaha.” celetuk Deon.

“Iya ya, padahal dulu kita saling janji buat satuin anak kita yang kedua hahaha.” balas Gavra.

“Masih inget gak lo waktu istri lo mau lahiran si Syera?” tanya Deon.

“Hahaha ingetlah, itu kocak sih.” balas Gavra.

“Oh yang mikirin nama untuk Syera, kan? Itu lucu banget sih.” sambar Vani, Ibunya Aleon.

“Udah-udah, ini mau dipanaggilin gak si Syera?” lerai Quisha yang sedari tadi menjadi bahan pembicaraan.

“Panggilin dong, tan.” balas Aleon degan cepat yang membuat semuanya tertawa.

“Gak sabaran banget sih kamu, Aleon.” ujar Vani.

Quisha pun berdiri dan berjalan menuju kamar Syera yang berada di lantai dua. Hatinya terasa sangat bahagia melihat putri bungsunya yang akan menikah dengan pria yang baik.

“Syera sayang, ayo ke bawah.” panggilnya begitu sampai di depan kamar Syera.

Pintu terbuka menampilkan Syera dengan gaun putihnya, sungguh indah. Syera tersenyum pada ibunya, senyum canggung karena ia menyadari mengapa ia didandanin seperti ini. Yap, benar, ucapan Aleon tadi malam lah yang membuatnya sadar. Wah, apakah ia akan benar-benar menikahi Aleon? begitulah pikirnya sedari tadi.

“Mama, aku malu.” bisiknya pada Quisha.

“Ngapain malu? Kalian udah saling kenal juga, kan.” balas Quisha.

Keduanya telah sampai dan Syera dipersilakan duduk di samping Aleon. Kedua keluarga menatap mereka dengan senyuman yang tidak bisa tertahankan.

“Mulai aja nih?” ujar Gavra mencairkan suasana.

“Mulai aja lah.” balas Deon.

Acara ini dimulai dengan sambutan dari kedua orang tua. Sejujurnya suasana ini sedikit mengharukan, buktinya Syera meneteskan kedua air matanya yang langsung diseka oleh Aleon. Keduanya saling menatap dan melemparkan senyumannya.

“Gimana? Kalian berdua benar-benar setuju, kan?” tanya Deon.

Yang ditanya pun langsung menganggukkan kepalanya. Tepuk tangan langsung menggema di seluruh penjuru ruangan karena para maid yang ikut menyaksikan turut bertepuk tangan.

Keduanya kini telah resmi menjalin hubungan.

by nojeraloff


Malam ini cuacanya sangat cerah dengan diselimuti dinginnya udara dan bintang yang bertaburan di langit yang mana ditemani dengan terangnya rembulan.

Sekumpulan anak laki-laki dan perempuan ini sedang merayakan perayaan wisuda yang telah mereka lakukan tadi pagi.

Syera yang dikhawatirkan teman-temannya kini telah tiba dan sedang duduk manis di samping Aleon. Ah iya, mengenai kedekatan mereka? Mereka sudah sedekat itu, tetapi belum mempunyai status yang jelas. Entah kapan Aleon akan menjelaskan status mereka sekarang.

Syera menatap temaannya satu persatu yang sedang asik bercanda tawa satu sama lain. Mengenai Fael, Dia sekarang sedang di sini, bersama teman-temannya. Kerajaan telah ia percayakan kepada tangan kanannya karena ia akan berkumpul dengan temannya saat ini.

Rain? Dia semakin cantik! Rambutnya kini diwarnai blonde dan sedikit dipotong. Zaira? Masih tetap dengan Zaira yang ia kenal, hanya saja ia sedikit menjadi pendiam akhir-akhir ini.

Noah akan mengemban tugas untuk menjadi raja setelah wisuda, begitulah curhatannya. Sedangkan Elvan, dia tidak ingin menjadi raja, ia ingin pergi ke luar negeri, lalu setelah siap, ia akan mengambil tanggung jawab itu.

Syera menatap Aleon yang sedang memanggang daging untuk makan mereka semua. Muncul keinginan ingin membantu sehingga Syera berdiri dan menghampiri Aleon.

“Sini biar aku aja.” ujar Syera.

Aleon tersenyum, “Gak apa-apa, duduk aja sana, kamu baru sampai juga.” balasnya.

Syera merebut capitan yang ada di tangan Aleon, “Udah aku aja, kamu bumbuin aja sana.”

Aleon pasrah dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Syera. Sayangnya, ada sepasang mata yang menatap mereka dengan tatapan yang tidak suka.


“Truth or dare?” tanya Rain pada Zaira.

Kini mereka sedang memainkan sebuah game untuk mengisi waktu berkumpul mereka ini.

Truth deh.” jawab Zaira.

Yang lain bersorak mendengar jawaban Zaira.

“Gue mau ngasih pertanyaan, lagi suka sama orang?” tanya Noah.

Zaira menimang pertanyaan tersebut, “Iya.” jawabnya.

Terdengar sorakan lagi, “Siapa tuh, Ra?” kepo Elvan.

“Iya siapa tuh, jarang-jarang nih lo mau ngaku hahaha.” sambar Fael.

“Lo semua kenal kok. Lanjut lah.” balas Zaira.

“Ah gak asik, tinggal kasih tau namanya doang loh, Zairaaa.” ujar Syera yang diangguki mereka semua.

“Ntar lo pada kaget.” balas Zaira.

“Udah lah, lanjut aja, si Zaira gak asik.” ujar Noah.

“Putar lagi botolnya.” ujar Aleon.

Botol terputar dan mengarah ke Syera. Semua mata langsung tertuju padanya.

“Lo sama Aleon udah jadian, ya?” celetuk Elvan.

“Hah? Nggak.” ujar Syera cepat.

“Belum, gue gak mau jadian sama Syera.” ujar Aleon yang membuat semuanya bingung.

“Lah terus?” tanya Rain.

“Iya anjir, lo mau anggurin temen gue?” ujar Fael.

Akron hanya tersenyum menanggapi ucapan teman-temannya itu.

“Hah? Aleon gak mau jadian sama Syera? Berarti gue ada kesempatan dong?” batin seseorang.

by nojeraloff


Hari ini adalah hari dimana semua keputusan akan diambil. Keputusan yang akan mempengaruhi apa yang akan terjadi dikedepannya.

Pertemuan ini diadakan di kediaman Keluarga Asherouz yang dihadiri oleh beberapa keluarga kerajaan yang bersangkutan dengan apa yang akan dibahas.

Syera dan keluarganya telah berada di ruangan pertemuan. Telah banyak orang yang hadir di sini, termasuk keluarga Aleon.

Aleon dan Syera duduk berdampingan dengan Aleon yang secara terus-menerus memegang tangan Syera yang terasa sangat dingin.

Acara pun dibuka dengan sambutan dan tujuan dari pertemuan ini diadakan yang dilakukan oleh Raja dari Kerajaan Asherouz, Asher.

Kata demi kata ia ucapkan, alasan sang putri melakukan kejahatan tersebut dan alasan mereka menyembunyikan semuanya dari publik serta membayar beberapa orang untuk tidak mengungkin kembali mengenai kematian Gaura.

“Kami semua telah mengakui kesalahan yang telah kamu perbuat dengan menyembunyikan hal yang sangat besar ini. Kami menerima segala konsekuensinya.” ucap Asher sebagai penutup dari semua perkataan yang telah ia lontarkan.

Hakim kerajaan sedang berdiskusi, kemudian meminta Gavra selaku ayah dari Gaura untuk berbicara di podium.

“Saya dan seluruh keluarga saya akan menerima apapun keputusan dari hakim. Karena kami sebelumnya juga sudah merundingkan mengenai hal ini.” tegas Gavra.

Seluruh orang sangat menanti keputusan dari hakim. Syera menatap sendu orang tuanya, terlihat wajah kecewa dan sedih yang mereka derita. Aleon yang melihat hal itu semakin menguatkan genggamannya kepada Syera.

“Everything's will be okay, Syera, trust me.” ujarnya.

Syera tersenyum. Ia sangat bersyukur masih dikelilingi oleh orang yang baik.

“Baiklah, kami telah memutuskan. Kerajaan Asherouz tetap akan berjalan tetapi tidak dengan pemimpin yang sama. Seluruh keluarga Asher yang mengetahui hal ini akan dihukum. Namun, hukuman penjara seumur hidup akan dijalankan oleh Rachel Ashera selaku orang yang bersalah atas kematian Gaura. Raja dan Ratu akan diturunkan tahta dan putra mereka akan memimpin kerajaan. Kerajaan Asherouz tidak akan sebebas dulu, semua pergerakan akan selalu diawasi oleh pengadilan.” setelah itu terdengar ketukan palu sebanyak tiga kali.

Mungkin ini akan menjadi hukuman yang sepadan dengan kesalahan yang telah mereka perbuat.

Misi Syera ke dunia ini telah selesai.

by nojeraloff


Suasana istana kembali sepi setelah semua orang kembali ke rumah masing-masing.

Syera berniat untuk mengelilingi istana sembari membawa mahkotanya, mahkota yang membuatnya berada di dunia ini.

“Main ke kamar kak Gaura aja deh.” monolognya.

Setibanya di depan kamar kakaknya, ia langsing membuka pintu yang menjulang tinggi itu.

“Wah, indah banget.” ucapnya sembari melangkahkan kakinya menuju kamar itu.

And suddenly, mahkotanya memancarkan sinar yang sangat terang berwarna putih. Syera terkejut lalu meletakkan mahkota tersebut ke tempat tidur Gaura.

Terdengar suara tawa yang riang dan sosok perempuan bergaun pengantin berwarna putih yang lari menuju sebuah ruangan rahasia di kamar ini. Syera mengikuti orang sembari bertanya di dalam batinnya, 'Kak Gaura?'

Tiba-tiba saja sosok itu berbalik badan dan tersenyum senang melihat kehadiran Syera. Terlihat wajahnya dengan pahatan yang sangat sempurna membuat Syera sangat kagum.

“Kak Gaura?” ucapnya tanpa sadar.

“Iya, aku Gaura dan kamu penolongku.” ujar Gaura.

“Aku? Jadi, kamu yang memanggilku menggunakan mahkota itu?” tanya Syera.

Gaura mengangguk antusias, “Aku tidak jadi menikah dan dibunuh. Aku putus asa dan sedih. Aku ingat dengan sejarah mahkota itu sehingga aku menggunakan kekuatanku untuk membangunkan pemiliknya, dan ternyata pemiliknya adalah kamu. Aku senang karena kamu telah menemuka orangnya, aku sekarang bisa bebas dari rasa sedih itu, walaupun tidak bersama dengan orang yang kucintai.” ujar Gaura dengan tulus dan sendu secara bersamaan.

Syera maju untuk memeluk Gaura. Diusapnya punggung Gaura secara lembut. Dia juga sedih akan takdir yang dialami Gaura.

“Sekarang kamu bisa tenang, kak, semuanya udah selesai, kamu bisa bahagia di surga.” balas Syera.

Gaura mengangguk, “Terima kasih banyak.”

“No need, you deserved it.” ucap Syera.

“Ah iya, apa tidak ada yang ingin kami tanyakan padaku?” tawar Gaura.

Terbesit satu pertanyaan pada pikiran Syera, “Syera yang asli ada dimana, kak?”

Gaura tersenyum, “Dia di sini, sedang tidur, mahkota itu membuatnya tertidur cukup lama dan membuat kamu datang ke sini.”

“Jadi, di dunia asliku, aku juga tertidur?” tanya Syera.

“Iya, benar.” balas Gaura.

“Baiklah, tidak ada lagi yang ingin aku tanyakan.” ujar Syera.

“Kamu yakin? Aku akan pergi untuk selamanya sekarang.” ujar Gaura.

“Sangat yakin.”

“Kalau begitu, aku sangat berterimakasih kepada kamu, aku harus pergi.” ucap Gaura.

Setelah itu Gaura menghilang. Dan di sinilah ia melihat tubuh Syera yang asli, sedang terbaring.

“Cantik sekali.” ujarnya tanpa sadar.

Auranya memang sangat berbeda. Aura yang memancarkan beribu kecantikan yang dikeluarkan Syera si pemilik istana ini.

Mungkin ia akan kembali dalam kurun waktu yang tidak lama lagi.