Kayyisa's house
by nojeraloff
Saat ini mereka telah berada di kediaman Kayyisa. Terlihat dari luar saja menyatakan bahwa Kayyi berasal dari keluarga yang sangat mampu.
Namun, ketika memasuki dalam rumah, suasananya begitu sepi. Benar-benar tidak ada orang lain selain Kayyi.
“Duduk dulu ya, gue buatin minum.” ujar Kayyi.
Yang lain mengangguk. Carissa mulai berjalan menyusuri sekitaran dan sampailah pada sebuah foto keluarga yang menurutnya tidak asing wajahnya. Namun, ia tidak memusingkan hal tersebut dan kembali berjalan untuk melihat-lihat.
Sedangkan Zura, Je, Helma dan Niel sedang mencari cara untuk bisa mencari sebuah latar belakang keluarga Kayyi bekerjasama dengan Granbour.
“Guys! Gue lupa banget asli, es batu lagi habis, gue beli dulu ya di depan, kalian di sini dulu.” ujar Kayyisa tiba-tiba.
“Aku ikut kamu ya, Kay.” celetuk Carissa.
“Ayo, Sa.” ajak Kayyi.
Lantas mereka berdua pun pergi meninggalkan keempat temannya.
“Anjir, ini mah rezeki kita. Gas lah dicari.” ujar Helma.
Maka tanpa banyak berbicara, mereka semua berpencar untuk mencari yang mereka cari.
Helma mencari di lantai paling atas. Niel berada di lantai dua. Je berada di lantai satu. Dan Zura berada di area belakang rumah.
Masing-masing mencari dengan teliti. Mencari di ruangan satu dengan yang lainnya. Namun, tidak satupun dari mereka yang mendapatkan hal tersebut. Mereka pun kembali ke ruang tengah.
“Gimana?” tanya Niel.
Hanya gelengan yang ia dapatkan dari Zura dan Je.
“Helma mana?” tanya Niel lagi.
Benar saja. Helma masih belum terlihat.
Ting!
'Ke lantai tida sekarang.'
Iya, itu adalah pesan dari Helma. Maka tanpa membuang waktu lagi, mereka segera menaiki lift yang ada menuju lantai tiga yang merupakan lantai paling atas di rumah Kayyi.
Selang beberapa menit. Mereka sampai di tempat Helma berada.
“Ada?” tanya Je ketika sampai di samping Helma.
“Gue gak bisa periksa ruangan ini. Pakai password.” ujar Helma.
“Lo belum ada sentuh ini kan?” tanya Niel sembari menunjuk tombol-tombol nomor yang ada tepat di samping sebuah pintu besi itu.
“Belum.” balas Helma.
Lantas dengan sigap Niel mengeluarkan sebuah bubuk berwarna putih, kuas, plaster dari jaketnya. Ia memberikan bubuk putih tersebut di atas tombol dan menyapunya dengan kuas kecil, kemudian menempelkan plaster di setiap permukaan tombol. Dan ya, dia mendapatkan password untuk memasuki ruangan tersebut.
“Keren banget lo.” ujar Helma.
“Gue tau hal ini pasti bakalan terjadi dan untungnya gue punya yang kayak gini jadi gue bawa aja dari rumah.” jelas Niel.
Kemudia mereka segera memasuki ruangan tersebut. Tidak semuanya masuk, Je berada di luar sebagai penjagaan jika Kayyi dan Carissa telah kembali ataupun orang tuanya.
Sedangkan Helma, Niel dan Zura terlihat terkejut dengan isi dari ruangan ini.
“Hel, Niel, coba baca ini.” ujar Zura ketika ia melihat sebuah surat pernyataan cerai yang di tanda tangani oleh kedua orang tua Kayyi.
“Anjir.” ujar Helma.
Mereka mengalihkan pandangan menuju satu kertas di balik surat pernyataan tersebut.
“Pernikahan antara papanya kayyi dengan wanita lain? Dan marga wanita itu adalah Haeanor?” gumam Zura.
“Ngawur anjir. Ini biodatanya palsu, selama gue hidup belum pernah ngeliat muka ini perempuan.” ujar Helma yang diangguki oleh Zura.
“Jadi, maksud lo perempuan ini pakai identitas palsu?” celetuk Niel.
“Mereka balik!” ujar Je panik.
“Foto cepat!” ujar Zura kepada Helma.