About Renma (A Flashback)

by nojeraloff


Renmansyah Dinanta adalah nama lengkapnya. Berasal dari keluarga yang banyak terlilit hutang membuat keluarganya hidup dengan sangat sederhana. Hutang terbesar keluarganya ialah hutang kepada keluarga besar Granbour.

Renma mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Cicho Dinanta. Ia dan adiknya terpaut usia 5 tahun.

Saat itu usia Renma masih menginjak 10 tahun. Saat dimana ia melihat mayat ayah dan ibunya tergeletak di atas tempat tidur. Tubuhnya bergetar hebat, dadanya sesak, air matanya mengalir begitu saja.

“Kami tau siapa yang melakukan ini kepada kedua orang tua kamu, nak.” ujar pria itu.

“Siapa?” tanya Renma, tatapannya penuh dengan rasa dendam.

“Haeanor, Keluarga Haeanor yang telah membunuh kedua orang tua kamu.” ucap pria itu lagi.

“Aku ingin balas dendam.” ucap Renma.

Ucapan saat itulah yang membuat Renma sampai sejauh ini.


Renma berusia 12 tahun saat ia pindah di rumah barunya. Ia bersama adiknya dan orang tua angkat palsunya.

“Bang, main keluar yuk, adik mau lihat-lihat halaman depan, manatau adik jumpa teman baru di sini.” celetuk Ciko.

“Yaudah, ayo.” ujar Renma.

Sesaat ia sampai di halaman rumahnya, ia melihat seorang anak perempuan sedang bermain dengan dua anak laki-laki di halaman teras depan rumah, sepertinya tetangga barunya itu juga baru saja pindah karena banyak mobil yang berisi beberapa barang mereka.

“Halo!” ujar anak perempuan itu.

Iya, dia Zura, tetangga barunya yang ternyata baru saja pindah dari Rusia.

Lantas Zura segera berlari menghampiri Renma dan adiknya. Sedangkan kedua anak laki-laki yang bersama Zura tadi hanya berdiam diri di belakang sana.

“Hai, siapa namanya?” tanya Renma kepada Zura yang telah berada di depannya ini, untuk menyamakan tinggi, maka Renma berjongkok.

“Zura, Hazura Haeanor.”

Renma terdiam. Oh, ternyata ini tujuan mereka mengirimnya untuk pindah ke sini. Agar ia bisa dekat dengan keluarga Haeanor.

“Namanya indah. Umur kamu berapa kalau boleh tau?” tanya Renma lagi.

Zura tersenyum, “Aku 9 tahun, kak! Nama kakak siapa?

“Oh, aku Renma.” balasnya.

Maka sejak pertemuan pertama itulah yang membuat mereka sedekat ini sampai sekarang.


“Ren, gimana kalau lo kerja di tempat gue? Jadi sekretaris gue.” tawar Zura, saat ini mereka berdua berada di rumah Renma.

“Serius lo?” tanya Renma.

“Iyalah, mau yaa? Lo kan bakal pindah dari sini.” ujar Zura lagi.

“Yaudah, gue mau.” balas Renma.

Zura melihat sekelilingnya kemudia teringat bahwa Renma mempunyai adik laki-laki, namun ia tidak pernah melihatnya lagi sejak ia berumur 10 tahun.

“Ren, lo kan punya adik, kemana adik lo?” tanya Zura.

Renma terdiam sebentar, kemudian, “By the way, gue boleh tau ga abang lo dimana? Kan lo punya abang, kan?” tanya Renma mengalihkan pertanyaan yang sebelumnya Zura berikan.

Seharusnya Zura sadar setiap kali ia menyinggung mengenai adik dan keluarganya Renma yang mendadak tidak ada di rumah, Renma selalu mengalihkan pembicaraan.

“Oh, abang gue besok balik dari Rusia, dia emang gak ikut gue dari awal dan nyusul ke sini, besok dia sampai.” balas Zura.

Renma terdiam. Inikah saatnya?