The Day & Reveal

by nojeraloff


Hari ini hari Minggu, hari yang ditunggu banyak orang karena hari ini hari liburnya orang-orang yang selama seminggu telah beraktivitas.

Namun, berbeda dengan Haeanor Zura Nindya karena hari ini adalah hari dimana seluruh keluarga besarnya kumpul untuk membahas kelanjutan dari pembahasa pertemuan pertama kali. Hal lebih ditunggu dia ialah papanya yang akan memperkenalkan tangan kanannya kepada seluruh anggota keluarga Haeanor.

Saat ini sudah memasuki pukul 7 lewat 23 menit, hampir sebagian keluarga besar sudah tiba dan membuat suasana rumahnya ramai.

Ah, iya, Zura sudah beberapa minggu ini selalu tinggal bersama kedua orang tuanya, bukan di rumah asisten rumah tangganya.

“Zura! Turun lah kuy, udah ramai tuh.” ajak Belza, sepupu perempuannya yang baru saja tiba kemarin di Indonesia.

“Eh, iya kak, ayo!” jawab Zura.

Keduanya turun ke bawah dan benar saja sudah sangat ramai. Di sana, Je melambaikan tangannya ke arahnya dan disambut dengan lambaian tangan kembali oleh Zura.

“Udah lama?” tanya Zura setelah tiba dan duduk di samping Je.

Je menggelengkan kepalanya, “Belum, baru lima menit.” balasnya.

Zura menganggukkan kepalanya dan matanya mengitari setiap sudut rumahnya. Kakenya berada di ujung ruangan meeting ini bersama para lelaki di keluarganya, Ibunya berada di sisi lain bersama para wanita yang ada di keluarganya, sedangkan khusus anak dan cucu berada di sisi lainnya juga.

Tempat ini bukan tempat meeting yang sama seperti meeting pertama, ini berada di lantai satu tepat di ruangan tersembunyi di rumahnya yang hanya diketahui oleh seluruh anggota keluarga Haeanor.

“Hel, lo gak ada lihat tanda-tanda tangan kanannya papa?” tanya Zura.

“Gak. Di depan udah kosong, cuma ada bodyguard doang.” balasnya.

Zura lagi-lagi menganggukkan kepalanya, dirinya cukup gugup dengan suasana seperti ini.

“Baiklah, mari kita mulai pertemuan ini. Yang mana kita akan membahas tentang musuh kita yang sudah mulai bergerak kembali dan menyerang Zura, Helma dan Je saat malah hari. Serta, tangan kanan saya yang sudah sangat banyak membantu saya dalam menyelidiki hampir semua hal tentang musuh.” Sagreas membuka pertemuan ini.

“Saya selaku anggota tertua di sini ingin mengucapkan banyak sekali terima kasih kepada seluruh anggota yang sudah mau datang ke pertemuan ini.” ujar Casvaroch Haeanor, kakek dari Zura.

“Di pertemuan lalu kita membahasa tentang rumah keluarga kita yang paling tua yang berada di Medan. Dimana di rumah itu adalah saksi bisu persahabatan kedua keluarga hancur berantakan dan membuat kita semua menjadi seperti saat ini. Keluarga Haeanor dan keluarga Granbour adalah keluarga yang harmonis sebelum masalah itu tiba di sela-sela kedua keluarga ini. Kita semua tahu dari sekian banyaknya cerita, hanya satu cerita yang paling menyayat hati yaitu meninggalnya putra kita Casvano Haeanor, putra dari Sagreas dan Hanna-” jedanya karena mendengar tangisan kecil dari cucunya, Zura.

Zura tidak kuasa menahan air matanya agar tidak keluar. Dia sangat sakit hati dengan meninggalnya sang abang.

Je menenangkan gadis itu dengan menggenggam tangannya dan memberikan afeksi ketenangan kepada Zura.

“Maka dari itu, pertemuan kali ini, saya dan Sagreas sudah mendapatkan beberapa bukti namun belum cukup kuat untuk dilaporkan. Namun, saya mendapat kabar dari Sagreas bahwa tangan kanannya mendapatkan bukti lain yang belum sama sekali diketahui sama kita semua dan tetap saja kita harus melihat bukti ini terlebih dahulu, maka dari itu, Sagreas panggilkan dia.”

Semua orang sangat menantikan waktu ini. Mereka tidak dendam, mereka hanya ingin memberikan keadilan kepada salah satu anggota keluarga mereka.

Sagreas yang telah mendapatkan perintah dari Casvaroch pun segera keluar untuk memanggil tangan kanannya itu.

10 menit berlalu, terdengar pintu terbuka dengan akses sidik jari dan menampilkan orang itu.

Seketika Zura, Helma dan Jeyvan terdiam. Ini terlalu rumit untuk diungkapkan.

“Selamat malam semuanya. Saya Avniel Rendra selaku tangan kanannya pak Sagreas Haeanor.”

Iya, dia adalah Niel, teman sekolah mereka bertiga.

Niel menatap ketiga temannya dan tersenyum penuh arti kepada mereka.