nojeraloff

by nojeraloff


“Tungguin ya, Ra.” ucap Carissa.

Zura hanya balas dengan anggukan. Zura mengambil handphone-nya karena berniat ingin selfie di depan kaca.

Namun, dalam sekejap lampu kamar mandi redup dan kembali terang, hal ini membuat keduanya panik. Dan tepat sekali hanya ada mereka berdua yang di sini.

“Zura! Kamu lihat, kan? Lampunya redup.” ujar Carissa, dia terlihat sangat panik.

“Ayo, Sa, keluar.” sadar akan sesuatu yang aneh, Zura segera mengajak Carissa keluar dan sayangnya pintunya macet.

“Anjir!” panik Zura.

“Aku telfon yang lain biar mereka bantu kita.” ujar Carissa.

Carissa langsung menelpon Niel, menunggu beberapa menit, tidak ada jawaban.

“Niel gak angkat.” ucapnya lirih.

“Telfon grub aja.” usul Zura.

Dan yah, langsung diangkat sama Je dan Helma.

“Tolong kami, pintu toiletnya macet terus lampunya juga redup tiba-tiba.” ujar Carissa.

“Tunggu kami.” ujar Je.

Lega, keduanya sangat lega. Zura sedikit kaget dengan sosok Carissa yang ini, dia terlihat ketakutan, tidak dipungkiri kalau dirinya juga takut.

“Tenang, Sa.” ujar Zura mencoba menenangkan Carissa.

“Ini bodyguard gue gak tau atau mereka emang cuma ngawasin dari luar?” batin Zura.


“Lo beneran udah gak apa-apa, Sa?” tanya Zura.

Saat ini mereka berempat telah sampai di rumah Carissa.

“Gak apa-apa, Ra, thanks ya Je sama Helma. Kalau gak ada kalian mungkin tadi aku udah pingsan.” ujar Carissa.

Je dan Helma mengangguk. Mereka semua pamit pulang ke rumah.

Ah iya, soal Kayyi dan Niel, mereka ternyata izin pamit pulang duluan karena ada urusan mendadak, jadilah hanya mereka berempat.

“Itu Kay sama Niel beneran ada urusan? Jam 11 gini?” tanya Zura.

“Gue juga gak percaya, tapi yaudahlah.” balas Je.

“Besok aja dah bahasnya, gue ngantuk.” ucap Helma.

“Turu mulu lo anjir, nyetir nih, gantian.” omel Je.

by nojeraloff


“Tungguin ya, Ra.” ucap Carissa.

Zura hanya balas dengan anggukan. Zura mengambil handphone-nya karena berniat ingin selfie di depan kaca.

Namun, dalam sekejap lampu kamar mandi redup dan kembali terang, hal ini membuat keduanya panik. Dan tepat sekali hanya ada mereka berdua yang di sini.

“Zura! Kamu lihat, kan? Lampunya redup.” ujar Carissa, dia terlihat sangat panik.

“Ayo, Sa, keluar.” sadar akan sesuatu yang aneh, Zura segera mengajak Carissa keluar dan sayangnya pintunya macet.

“Anjir!” panik Zura.

“Aku telfon yang lain biar mereka bantu kita.” ujar Carissa.

Carissa langsung menelpon Niel, menunggu beberapa menit, tidak ada jawaban.

“Niel gak angkat.” ucapnya lirih.

“Telfon grub aja.” usul Zura.

Dan yah, langsung diangkat sama Je dan Helma.

“Tolong kami, pintu toiletnya macet terus lampunya juga redup tiba-tiba.” ujar Carissa.

“Tunggu kami.” ujar Je.

Lega, keduanya sangat lega. Zura sedikit kaget dengan sosok Carissa yang ini, dia terlihat ketakutan, tidak dipungkiri kalau dirinya juga takut.

“Tenang, Sa.” ujar Zura mencoba menenangkan Carissa.

“Ini bodyguard gue gak tau atau mereka emang cuma ngawasin dari luar?” batin Zura.


“Lo beneran udah gak apa-apa, Sa?” tanya Zura.

Saat ini mereka berempat telah sampai di rumah Carissa.

“Gak apa-apa, Ra, thanks ya Je sama Helma. Kalau gak ada kalian mungkin tadi aku udah pingsan.” ujar Carissa.

Je dan Helma mengangguk. Mereka semua pamit pulang ke rumah.

Ah iya, soal Kayyi dan Niel, mereka ternyata izin pamit pulang duluan karena ada urusan mendadak, jadilah hanya mereka berempat.

“Itu Kay sama Niel beneran ada urusan? Jam 11 gini?” tanya Zura.

“Gue juga gak percaya, tapi yaudahlah.” balas Je.

“Besok aja dah bahasnya, gue ngantuk.” ucap Helma.

“Turu mulu lo anjir, nyetir nih, gantian.” omel Je.

by nojeraloff


Tak lama setelah Carissa mengiriminya imess, mereka berdua telah tiba di rumah Carissa yang memang terbilang sangat indah dan luas.

Setelah memarkirkan motor, Je dan Zura segera masuk ke dalam rumah. Keduanya disambut oleh sahabat mereka yang memang sudah sedari tadi tiba.

“Lama ya kalian.” celetuk Carissa yang baru saja turun dari lantai atas dengan setelah rumahannya yang sangat elegan.

“Sorry, Sa.” balas Zura.

“Udah, mending langsung ngerjain, nanti kalau udah siap kan enak tinggal ngobrol-ngobrol.” ujar Kayyi yang memang berniat untuk menyudahi percakapan antara Carissa dan Zura.

Masing-masing telah mendapatkan tugasnya, jadi mereka mulai mengerjakan apa yang telah ditegaskan kepada mereka.

Je dan Helma yang mendapatkan giliran mengetik hanya duduk santai melihat temannya yang mencari bahan ketikan.

“Gue sama Zura diikuti tadi.” ujar Je sepekan mungkin di samping Helma.

“Anjir! Dimana?” tanya Helma.

“Dari sekolah, gue rasa itu orang yang dibilang sama tante, Hel.” jelas Je lagi.

Helma cukup terkejut, bukan apa, ini cukup cepat untuk mengintai pergerakan mereka. Apakah akan ada yang terjadi?


“Untung aja flashdisk kamu ga bervirus, Ra.” ujar Carissa.

Saat ini mereka telah selesai mengerjakan tugas tersebut. Keenamnya tengah bersantai saat ini.

“Kan gue juga udah bilang, ga ada virusnya.” jelas Zura lagi.

“Iya deh, by the way, mau lihat koleksi aku, ga?” ujar Carissa lagi.

Kayyi mengangguk dengan cepat, sedangkan Zura hanya mengikuti mereka saja.

“Ayo ke atas.” ajak Carissa.

Untuk mencapai lantai atas tentu saja mereka harus menggunakan tangga karena lift nya sedang diperiksa oleh tukang yang datang.

Setibanya di sebuah ruangan yang sangat mewah dan luas. Dibaluti dengan emas dan berlian di setiap sudut membuat Zura lagi-lagi mengagumi ini.

'Kapan ya gue bisa hias ruangan itu, besok deh besok, tapi gue malesan kalau udah urusan begini.' batin Zura.

“Kenapa, Ra? Kamu sedih ya gak punya ruangan kayak gini di rumah kamu?”

Zura menatap Carissa, “Haha, iya nih, pengen juga buat kayak gini.” balas Zura, dia harus bersabar, bukan?

“Carissa, ini semua koleksi Hzura Beauty, ya? Terus ini dress-nya Hzura Beauty, kan?” tanya Kayyi.

“Iya haha, aku secinta itu sama brand Hzura Beauty, cantik-cantik banget.”

“Wah keren banget, bulan lalu aku pengen banget dress ini tapi ga kebagian, sedih banget.” ucap Kayyi.

“Kamu boleh ambil yang itu, Kay. Belum ada aku pakai juga sih, jadi gak apa-apa kalau kamu mau.” ujar Carissa lagi.

Zura cukup terkejut, pasalnya Carissa ini sangat anti dengan memberikan barang yang sangat ia sukai kepada orang lain apalagi teman dekatnya.

'Aneh.' batin Zura

by nojeraloff


Tak lama setelah Carissa mengiriminya imess, mereka berdua telah tiba di rumah Carissa yang memang terbilang sangat indah dan luas.

Setelah memarkirkan motor, Je dan Zura segera masuk ke dalam rumah. Keduanya disambut oleh sahabat mereka yang memang sudah sedari tadi tiba.

“Lama ya kalian.” celetuk Carissa yang baru saja turun dari lantai atas dengan setelah rumahannya yang sangat elegan.

“Sorry, Sa.” balas Zura.

“Udah, mending langsung ngerjain, nanti kalau udah siap kan enak tinggal ngobrol-ngobrol.” ujar Kayyi yang memang berniat untuk menyudahi percakapan antara Carissa dan Zura.

Masing-masing telah mendapatkan tugasnya, jadi mereka mulai mengerjakan apa yang telah ditegaskan kepada mereka.

Je dan Helma yang mendapatkan giliran mengetik hanya duduk santai melihat temannya yang mencari bahan ketikan.

“Gue sama Zura diikuti tadi.” ujar Je sepekan mungkin di samping Helma.

“Anjir! Dimana?” tanya Helma.

“Dari sekolah, gue rasa itu orang yang dibilang sama tante, Hel.” jelas Je lagi.

Helma cukup terkejut, bukan apa, ini cukup cepat untuk mengintai pergerakan mereka. Apakah akan ada yang terjadi?


“Untung aja flashdisk kamu ga bervirus, Ra.” ujar Carissa.

Saat ini mereka telah selesai mengerjakan tugas tersebut. Keenamnya tengah bersantai saat ini.

“Kan gue juga udah bilang, ga ada virusnya.” jelas Zura lagi.

“Iya deh, by the way, mau lihat koleksi aku, ga?” ujar Carissa lagi.

Kayyi mengangguk dengan cepat, sedangkan Zura hanya mengikuti mereka saja.

“Ayo ke atas.” ajak Carissa.

Untuk mencapai lantai atas tentu saja mereka harus menggunakan tangga karena lift nya sedang diperiksa oleh tukang yang datang.

Setibanya di sebuah ruangan yang sangat mewah dan luas. Dibaluti dengan emas dan berlian di setiap sudut membuat Zura lagi-lagi mengagumi ini.

'Kapan ya gue bisa hias ruangan itu, besok deh besok, tapi gue malesan kalau udah urusan begini.' batin Zura.

“Kenapa, Ra? Kamu sedih ya gak punya ruangan kayak gini di rumah kamu?”

Zura menatap Carissa, “Haha, iya nih, pengen juga buat kayak gini.” balas Zura, dia harus bersabar, bukan?

“Carissa, ini semua koleksi Hzura Beauty, ya? Terus ini dress-nya Hzura Beauty, kan?” tanya Kayyi.

“Iya haha, aku secinta itu sama brand Hzura Beauty, cantik-cantik banget.”

“Wah keren banget, bulan lalu aku pengen banget dress ini tapi ga kebagian, sedih banget.” ucap Kayyi.

“Kamu boleh ambil yang itu, Kay. Belum ada aku pakai juga sih, jadi gak apa-apa kalau kamu mau.” ujar Carissa lagi.

Zura cukup terkejut, pasalnya Carissa ini sangat anti dengan memberikan barang yang sangat ia sukai kepada orang lain apalagi teman dekatnya.

'Aneh.' batin Zura

by nojeraloff


Tak lama setelah Carissa mengiriminya imess, mereka berdua telah tiba di rumah Carissa yang memang terbilang sangat indah dan luas.

Setelah memarkirkan motor, Je dan Zura segera masuk ke dalam rumah. Keduanya disambut oleh sahabat mereka yang memang sudah sedari tadi tiba.

“Lama ya kalian.” celetuk Carissa yang baru saja turun dari lantai atas dengan setelah rumahannya yang sangat elegan.

“Sorry, Sa.” balas Zura.

“Udah, mending langsung ngerjain, nanti kalau udah siap kan enak tinggal ngobrol-ngobrol.” ujar Kayyi yang memang berniat untuk menyudahi percakapan antara Carissa dan Zura.

Masing-masing telah mendapatkan tugasnya, jadi mereka mulai mengerjakan apa yang telah ditegaskan kepada mereka.

Je dan Helma yang mendapatkan giliran mengetik hanya duduk santai melihat temannya yang mencari bahan ketikan.

“Gue sama Zura diikuti tadi.” ujar Je sepekan mungkin di samping Helma.

“Anjir! Dimana?” tanya Helma.

“Dari sekolah, gue rasa itu orang yang dibilang sama tante, Hel.” jelas Je lagi.

Helma cukup terkejut, bukan apa, ini cukup cepat untuk mengintai pergerakan mereka. Apakah akan ada yang terjadi?


“Untung aja flashdisk kamu ga bervirus, Ra.” ujar Carissa.

Saat ini mereka telah selesai mengerjakan tugas tersebut. Keenamnya tengah bersantai saat ini.

“Kan gue juga udah bilang, ga ada virusnya.” jelas Zura lagi.

“Iya deh, by the way, mau lihat koleksi aku, ga?” ujar Carissa lagi.

Kayyi mengangguk dengan cepat, sedangkan Zura hanya mengikuti mereka saja.

“Ayo ke atas.” ajak Carissa.

Untuk mencapai lantai atas tentu saja mereka harus menggunakan tangga karena lift nya sedang diperiksa oleh tukang yang datang.

Setibanya di sebuah ruangan yang sangat mewah dan luas. Dibaluti dengan emas dan berlian di setiap sudut membuat Zura lagi-lagi mengagumi ini.

'Kapan ya gue bisa hias ruangan itu, besok deh besok, tapi gue malesan kalau udah urusan begini.' batin Zura.

“Kenapa, Ra? Kamu sedih ya gak punya ruangan kayak gini di rumah kamu?”

Zura menatap Carissa, “Haha, iya nih, pengen juga buat kayak gini.” balas Zura, dia harus bersabar, bukan?

“Carissa, ini semua koleksi Hzura Beauty, ya? Terus ini dress-nya Hzura Beauty, kan?” tanya Kayyi.

“Iya haha, aku secinta itu sama brand Hzura Beauty, cantik-cantik banget.”

“Wah keren banget, bulan lalu aku pengen banget dress ini tapi ga kebagian, sedih banget.” ucap Kayyi.

“Kamu boleh ambil yang itu, Kay. Belum ada aku pakai juga sih, jadi gak apa-apa kalau kamu mau.” ujar Carissa lagi.

Zura cukup terkejut, pasalnya Carissa ini sangat anti dengan memberikan barang yang sangat ia sukai kepada orang lain apalagi teman dekatnya.

'Aneh.' batin Zura

by nojeraloff


Setelah membalas pesan untuk ucapakan Carissa, Je segera membuang handphone-nya ke kursi belakang mobilnya.

Melihat hal itu membuat Zura sedikit takut, karena sangat jarang Je akan terbawa suasana seperti ini, apalagi sama Carissa.

“Udahlah, Je, lo tau sendiri Carissa gimana.” hanya itu yang bisa Zura ucapkan sembari menatap lawan bicaranya.

Je menatap Zura, “Lo terbuat dari apa sih?” tanya Je.

“Tulang rusuk.”

Je menatap Zura sebal. Bisa-bisanya di saat seperti ini dirinya masih bisa bercanda. Ya, walaupun candaannya benar.

“Udah ga sakit?”

“Udah, lo kasih gue coklat, jadinya udah reda.” balas Zura

Mendengar penuturan Zura membuatnya lega. Karena Zura pernah sakit sangat parah saat hari pertamanya datang bulan sampai absen sekolah 2 harian. Maka dari itu, Je tidak mau hal itu terulang lagi pada wanita yang sedang mengisi hatinya ini.

“Je, lo tau kan alasan gue ga jawab pernyataan cinta lo dulu?” tanya Zura ketika hal itu terlintas di benaknya.

Je mengangguk, “Tau, gue juga tau lo itu sayang sama gue.”

Kesal, itu yang Zura rasakan. Namun, benar bahwa ia sangat menyayangi Jeyvan Ayres, pria yang saat ini sedang bersamanya.


“Makasih, ya.” ujar Zura setelah mereka tiba di kediamannya.

Je mengangguk, “Masuk. Langsung istirahat.”

Zura langsung memasuki rumahnya. Setelah itu, barulah Je pergi dari sana.

Zura memasuki rumahnya dengan pelan. Terlihat Mamanya sedang duduk di ruang tamu sembari memainkan iPad-nya.

Mom, what are you doing? Helma bilang ada masalah, masalah apa?” ujar Zura.

Sang ibu yang mendengarnya pun langsung mematikan iPad tersebut dan langsung menatap sang putri.

“Kamu datang bulan? Pucat banget.” ujar Hanna, mengalihkan pembicaraan.

“Ma, jangan mengalihkan pembicaraan gini.” ucap Zura kembali.

Hanna menghela napas, “Our enemies, I mean anak mereka ada yang sekolah di tempat kamu, mama takut kejadian 5 tahun lalu terulang kembali.”

Zura kaget, namun dirinya harus terlihat tenang bukan? Agar ibunya tidak khawatir tentangnya.

“Ma, Zura bakalan baik-baik aja. Ada Je dan Helma juga kan di sekolah, I will be safe with them, so don't worry about me.

Hanna menatap wajah putrinya, “Kamu mirip dia.” ujarnya tiba-tiba.

by nojeraloff


Kata orang kalau kita ingin mencari teman cari yang satu frekuensi dan bisa menjadi support system bagi kita.

Seperti saat ini, kelima sahabat ini sedang melakukan zoom meeting untuk mengobrol, padahal jam sudah menunjukkan pukul dua pagi.

“Lo make up an, Kay?” Tanya Zura.

Kayyi mengangguk, “Mata gue sembab, Ra.” balas Kayyi.

Jika sudah seperti ini mereka semua memilih untuk bungkam padahal selalu bertanya-tanya apa sih masalah yang sedang dialami Kayyisa?

“Lo pada tau ga sih, gue tadi kan ke bawah, terus pintu kamar mandi gue gerak sendiri, anjir.” ucap Helma berniat untuk mencairkan suasan yang sayangnya malah membuat suasana jadi menegangkan.

“Lo kebiasaan anjir cerita horor jam segini!” balas Zura.

“Mana ada horor, orang bokap gue yang di kamar mandi.” ucapnya lagi.

“Anjir lo, ma, gue kira beneran setan.” ujar Niel

“Hahaha, gue udah siap-siap mau keluar zoom padahal.” ujar Jey.

Sederhana namun cukup berarti untuk mereka berlima.

“Gue mau ngeluarin yang ada di hati gue deh.” ujar Kayyi.

“Apa tuh?” tanya Niel yang dianggukin keempatnya.

“Makin ke sini si Carissa makin ke sana ga sih?” ujar Kayyi lagi.

Keempatnya mengangguk, “Makin ga jelas anaknya, padahal awalan kita ketemu dia masih wajar lah.” balas Helma.

“Malah ghibah anjir.” ujar Niel.

“Lo masih suka sama Carissa, Yel?” tanya Jey.

“Iya, dulu kan lo ngejar-ngejar dia terus padahal udah ditolak mentah-mentah.” balas Zura.

“Biasa aja, ga ada rasa apa-apa lagi.” balas Niel.

Jawabannya mampu membuat kelima sahabatnya ini menghela napas lega. Karena jujur saja, penolakan yang dilakukan Carissa dua tahun lalu sangat tidak baik. Ya, bayangkan saja Carissa menolak Niel di ruangan podcast yang mic-nya sengaja dalam keadaan nyala agar semua warga sekolah mengetahuinya. Kejadian ini benar-benar membuat satu sekolah heboh.

“Lo gimana sama Jey?” ujar Helma tiba-tiba.

Hening sesaat, “Temenan lah, emang kita berdua gimana?” ucap Zura.

Helma dan Niel menahan tawanya karena melihat wajah Jey yang terlihat sangat masam saat ini.

“Lo belum bisa balas, ya?” tanya Kayyi.

“Belum.” balas Zura.

“Berarti bakal dibalas, kan?” kali ini yang berujar ialah Jey.

Hening kembali

“Gak juga.”

by nojeraloff


Sehabis bertemu dengan Zayan walaupun hanya sebentar, tentu saja mampu membuat hatinya berdegup sangat kencang.

Duduk dengan gelisah, mata yang terus-menerus menatap ke arah pintu berharap temannya bisa datang agar ia bisa mengungkapkan segala hal yang ada di hati dan pikirannya saat ini.

Jujur saja, awalnya dia mengira orang yang mengirim pesan melalui DM Twitter-nya itu seorang wanita karena foto profilnya, ternya ia salah besar, dia adalah mantan crush-nya ketika masih berada di bangku SMP dulu. Dan soal casing serta wallpaper dapat disimpulkan bahwa handphone itu punya kakak perempuannya.

“Anjir, ini dua bocah lama amat dah, gue harus keluarin semua yang pengen gue keluarin.” omelnya.

Selang beberapa menit Zahra datang bersama Gea, mereka berdua segera menghampiri Adhisa yang telah memasang wajah yang bisa dibilang 'kacau'

“Kenapa anjir muka lo?” tanya Gea setelah duduk di depan Adhisa.

“Gue ketemu Zayan coy, Jezaian Frazeidan. Jantung gue berasa mau tukar tempat sama hati, astaghfirullah.” celoteh Adhisa.

Kedua temannya terlihat terkejut, jelas saja. Mereka mungkin sudah mewanti-wanti Adhisa ketika bertemu dengan Zayan, tapi tidak secepat ini.

“Kata gue sih beneran emang dipertemukan.” respon Zahra yang mendapat anggukan dari Gea.

Ketiganya terdiam, sibuk dengan pemikiran masing-masing.

“Jadi, lo bakal lakuin apa, dis?” tanya Zahra.

Adhisa terdiam sebentar, “Ya ga ngapa-ngapain.” balas Adis seadanya.

Gea gemas sekali dengan sahabatnya ini sehingga menoyor kepala Adis, “Capek dah capek gue sama lo.”

Adis tertawa saja, toh memang benar dia tidak tahu harus melakukan apa. Adis hanya mengikuti semua yang sudah ditentukan oleh yang kuasa.

Ting!

by nojeraloff


Sebagian orang mungkin menginginkan ketenangan dengan menaiki rooftop rumah mereka di malam hari. Sepi dan hanya ditemani semilir angin. Dengan pemandangan yang langsung mengarah kepada indahnya kota Jakarta saat malam dan indahnya langit yang bertaburan bintang, serta jangan lupakan bulan yang senantiasa tersenyum.

Sudah tersedia beberapa camilan dan minuman soda untuk menangani sepasang sahabat yang sudah lama tidak bertemu ini, Helma dan Manda.

Keduanya cukup lama terdiam menikmati suasana saat ini. Hingga Helma yang memutar musik One Less Lonely Girl yang dinyanyikan oleh Justin Bieber.

“How are you, Helma?” akhirnya Manda membuka suaranya.

Mendengar suara yang sudah lama ia rindukan membuatnya menatap gadis di depannya ini, “Baik, lo gimana?” balasnya.

Manda tersenyum kecil, “Same with you, I am fine, Hel.”

Sekarang terputar lagu Interaksi yang dinyanyikan Tulus.

Andai mereka tidak tetanggaan, andai orang tua mereka tidak saling mengenal, mungkin interaksi seperti ini tidak akan terjadi. Namun apa boleh buat.

“Tadi lo di apartemen?” tanya Helma.

Manda mengangguk, “Since kuliah, gue udah di apartemen, biar deket.” ujarnya.

Padahal bukan itu alasannya. The real reason is agar dia terbiasa tanpa kehadiran Helma. Agar dia bisa menjauh dari semua kenangan yang ada di rumahnya bersama Helma. Sejujurnya, Manda tersiksa sama halnya dengan Helma. Mereka berdua tersiksa.

“Lo gimana bisa pergi ke London dan Moraine Lake, Canada?” akhirnya keluar juga pertanyaan yang sudah sedari tadi yang ingin Manda tanyakan.

“Gue udah ada tawaran dari temen mama, jadi selesai SMA gue udah bisa langsung ke London buat lanjut study dan soal Moraine Lake, lo kenapa bisa tau?”

Padahal Helma memutuskan untuk pergi ke London adalah atas permintaan Manda saat itu.

“Gue lupa, lo pinter haha. Soal Moraine Lake itu Bianca yang gak sengaja lihat lo when you used your favourite camera.”

Helma menganggukkan kepalanya pertanda dia mengerti.

“Gue dulu pengen banget ke Moraine Lake, banyak orang bilang di sana suasananya tenang banget. Jadi setelah selesai study, gue langsung ke sana sebelum balik ke Indonesia. Lo tau kenapa gue pengen banget ke tempat tenang itu, Man?” Helma menoleh ke arah Manda dan menatapnya lekat kemudian melanjutkan perkataannya,

“Supaya gue bisa tenangin pikiran gue selama 5 tahun terakhir yang selalu diisi sama lo, gue pengen lo hilang dari pikiran gue. Gue pengen lo ga hadir di mimpi gue, gue pengen lupain lo. Gue... pengen hilangin semua perasaan gue ke lo. Gue gak mau ngerusak persahabatan kita yang udah kita bahkan orang tua kita jalin sedari dulu, gue pengen lupain itu. Tapi gue gagal, Man. Gue gagal lupain lo, gue gagal hilangin perasaan ini ke lo. Gue gak mau kehilangan semuanya, Man. I'm too afraid of it. Gue takut.”

Helma tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya. Dia mengalirkan air mata itu setelah sekian lamanya di bahu seorang gadis yang ia cintai.

Manda ikut menangis sambil mengusap-usap punggung Helma yang bergetar hebat. Helma tidak pernah menangis di depannya, ini adalah kali pertama ia melihat Helma menangis.

Lima belas menit sudah. Keduanya masih saling menenangkan diri. Helma menatap Manda yang juga menatapnya.

“I just realized that I love you when you're gone, Helma.”

Terdiam. Helma dengan segera mendekati Manda dan mencium bibir gadis itu. Hanya menempel, tidak ada lumatan. Menyatukan kening mereka dan menangis bersama lagi. Tanpa sadar kedua ibu mereka yang menyaksikan hal tadi.

End

by nojeraloff


Saat ini mereka berdua sudah berada di taman belakang rumah. Duduk berdua di sebuah ayunan yang memang sudah ada. Kedua tangan yang saling bertaut satu sama lain sambil memandang terangnya langit pada senja ini.

“Besok jadi, kan?” tanya Kayyi.

Elvan mengalihkan pandangannya ke Kayyi yang tadinya menatap langit, “Jadi, sayang.” balasnya lalu mengecup pipi sang pacar.

“Oke, deh.”

Kayyi tidak kaget jika Elvan tiba-tiba mengecup pipinya karena hal itu sudah biasa baginya. Batas skinship mereka juga hanya sampai kecupan di pipi dan kening.

“Kamu kapan mulai latihan rutin?”

“Bulan depan, babe. Karena mau ngeluarin album baru.” balas Elvan.

Hening. Keduanya hanya menatap langit yang kian menggelap seiring berjalannya waktu. Oh iya, semua temannya sudah pulang, makanya mereka berada di sini saat ini.

“I miss you, I miss you so bad.” ujar Elvan.

Lantas Elvan menarik tubuh gadisnya kedalam pelukan hangatnya. Kayyi membalas pelukan tersebut sembari memberikan usapan ringan pada punggung Elvan.

“Miss you too, bayiii.” balas Kayyi.


Saat ini Elvan dan Kayyi berada di tepi jalan. Kayyi menginginkan bakso kosong untuk dimakan ketika tiba di rumah nanti, jadi mereka mampir sebentar.

“Kamu masuk aja, Van.” ujar Kayyi, pasalnya saat ini suasannya sedang ramai, taku-takut kalau ada yang mengenali Elvan.

“Gak mau.” tolak Elvan lagi.

Kayyi menghembuskan napasnya pasrah. Selesai membayar, Kayyi segera membawa Elvan menuju mobil mereka.

Tidak ada yang berbicara. Masing-masing fokus pada pikiran masing-masing. Kayyi hanya menatap jalanan dan Elvan fokus dengan setirnya.

Elvan menatap Kayyi sekilas kemudian menggenggam tangan gadisnya itu. Kayyi sedikit terkejut tapi dia mencoba untuk biasa saja.

“Biar gak kosong tangan kamu.” ujar Elvan dan Kayyi hanya tersenyum manis.

Mobil pun tiba di depan rumah Kayyi. Keadaan sekarang sudah gelap, mungkin semuanya sudah tidur. begitu pikir mereka.

“Yaudah, aku masuk ya, kamu hati-hati di jalan pulang.” ujar Kayyi.

Elvan mengangguk kemudian memeluk Kayyi sebentar. Setelah pamit, Elvan segera melajukan mobilnya menjauhi rumah keluarga Bielyyn.