Keberadaan Syera
by nojeraloff
Setelah berkirim pesan dengan abang tirinya, Gavra merasa ini semua sangat salah. Anaknya tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini.
“Gue tau lo ada di mana, bang.” gumam Gavra.
Saat ini dirinya sedang menyetir bersama Aleon. Sedangkan yang lainnya berada di mobil yang mengikuti di belakang.
“Pa, kalau boleh tau, kenapa abang papa diasingkan?” tanya Aleon.
Ah, iya, Aleon sekarang telah memanggilnya papa mengingat dirinya sudah bertunangan dengan Syera secara kekeluargaan, lain lagi secara publiknya.
“Papa adalah anak angkat Keluarga Zeca, awalnya dia sangat baik ke papa. Namun, karena kesalahannya yang fatal membuatnya tidak menjadi ahli waris Keluarga Zeca dan beralih ke papa.” cerita Gavra.
“Kesalahan apa, pa?” tanya Aleon lagi.
“Dia hampir membunuh salah satu pelayan karena amarahnya yang tidak terkontrol, dia juga menyalahgunakan kekuasaan Keluarga Zeca kepada masyarakat. Hal itu membuatnya diasingkan, bahkan sebelum pergi untuk diasingkan, dia hampir membunuh papa.” ujar Gavra.
“Kalau begitu papa benar-benar tau di mana Syera?” tanya Aleon.
“Tau, papa sangat tau persis di mana anak papa sekarang.” yakin Gavra.
Mobil terus melaju membelah jalanan yang sepi ini, mengingat sekarang sudah pukul 11 malam, orang-orang pasti sudah berada di tempat ternyaman untuk tidur.
Mereka sampai di sebuah villa tua di daerah perhutanan, yang artinya masih sangat banyak pepohonan di sini dan jauh dari wilayah masyarakat.
Villa ini sangat sepi di luar gerbang yang menjulang tinggi, namun mereka yakin di dalamnya pasti banyak sekali anak buah Reon, abang tirinya Gavra.
“Semuanya berpencar, untuk Zaira dan Rain, kalian mau ikut?” ujar Gavra.
Zaira dan Rain menganggukkan kepalanya, “Kami berdua selalu membawa perlengkapan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, om.” ujar Rain.
“Baiklah, bagus kalau begitu, sekarang kita berpencar, tetap waspada mengingat ini sudah malam.” ujar Gavra.
“Baik.” jawab para pengawal.
“Kita bareng aja, Rain.” ujar Zaira pada Rain.
“Iya kalian berdua bareng.” sambar Fael yang mendengar perkataan Zaira.
“Iyaa.” balas Rain.
Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Syera. Sedangkan Gavra masuk melalui pintu depan yang membuat semua senjata mengarah padanya.
“Tenang, saya hanya ingin bertemu dengan abang saya.” ucapnya tenang.
Maka terbukalah pintu masuk menuju ke dalam villa. Terlihat sangat tenang sekaligus menyeramkan.
“Selamat datang adikku.” sambut Reon lalu memeluk Gavra.
“Di mana anak saya?” to the point Gavra.
Reon tertawa kencang, “Santai dong, kita bincang-bincang kecil dulu.” ucap Reon.
Ditariknya Gavra menuju sofa yang tersedia. Gavra mengikuti saja, mengingat abangnya ini tidak suka dibantah, apalagi jika dibantah ia akan sangat marah seperti anjing gila.
Di sisi lain, Aleon dan yang lainnya sedang melawan para penjaga yang ia yakinin ruangan itu adalah ruangan di mana Syera berada karena banyak sekali penjaga yang berjaga di sana.
Aleon melawan dibantu dengan Elvan dan beberapa pengawal yang mengikuti mereka.
“Akh, anjing.” umpat Elvan karena tangannya terkena pisau yang dilayangkan oleh anak buah Reon.
“El, lo mundur, biar gue aja.” ujar Aleon.
“Gue bisa.” ucap Elvan.
Para pengawal sedang bertarung, tidak menggunakan pistol kecuali di keadaan yang genting. Kesempatan ini di ambil oleh Aleon dan Elvan untuk masuk ke dalam dan ternyata telah ada Rain dan Zaira yang juga masuk dari pintu lainnya.
Ruangan yang mereka masuki ini berada di halaman belakang villa, dimana ada tangga yang mengarah ke ruangan bawah tanah.
“Lah kalian di sini juga, lewat dari mana?” tanya Elvan.
“Itu dari pintu samping, gue kira masuk ke dalam rumah, ternyata ke sini.” jelas Zaira.
“Yaudah kita bareng aja, kalian di tengah-tengah kita ya.” ujar Aleon.
Mereka segera berjalan menuju satu-satunya ruangan yang ada di sini, dan benar saja terdapat Syera yang disekap dan diikat.
“Syera!” sentah Zaira yang langsung memeluk sahabatnya itu.
“Buka talinya cepat, keburu ada yang datang.” ujar Rain.
Mereka sibuk membuka tali yang mengikat Syera sampai tidak sadar di belakang mereka ada anak buah Reon yang bertubuh besar sedang mengangkat pistol mengarah ke mereka.
Sepersekian detik suara peluru yang keluar dari pistol terdengar oleh mereka dan terkena ke dinding di belakang Syera, meleset. Dengan sigap mereka melihat siapa yang menembak. Terlihat Noah dan Fael yang mengarahkan pistol mereka ke anak buah Reon yang saat ini sedang terkapar.
“Syukurlah kita datang tepat waktu.” celetuk Noah.
“Cepat bawa Syera, anak buahnya udah pada sekarat.” ujar Fael.
Aleon menggendong Syera dan membawanya keluar diikuti yang lainnya. Misi selesai dan Syera selamat.
Lalu bagaimana dengan Gavra?