Tell the Truth

by nojeraloff


Mengatakan kejujuran bukanlah yang sangat mudah. Bagi beberapa orang, mungkin mengatakan mengenai suatu kejujuran bukanlah yang sulit juga. Namun tetap saja, untuk mengatakan kejujuran tersebut dibutuhkan kesiapan diri untuk menerima konsekuensi yang akan terjadi.

Sama seperti Syera saat ini. Kini di kamarnya sudah ada teman-temannya yang berkumpul untuk menjenguk dirinya. Syera memandangi wajah temannya satu persatu, ia takut akan mengecewakan mereka semua termasuk orang tuanya.

“Lo mau ngomong apa, Ra?” ujar Elvan membuka pembicaraan.

“Ada yang harus gue ceritain ke kalian semua.” ujar Syera yang membuat seluruh atensi teman dan orang tuanya beralih kepadanya.

“Apa? Lo mau cerita tentang apa?” tanya Noah.

“Gue mau jujur, kalau gue bukan Syera dari keluarga ini. Gue Syera dari tempat yang berbeda.” ujar Syera dengan cepat.

Semuanya terdiam, kemudian tertawa, “Lawak lo, Ra.” ujar Elvan lalu tertawa lagi.

“Gue serius! Ma, pa, aku bukan Syera yang selama ini kalian besarkan. Aku bukan Syera si putri kerajaan, aku bukan anak kalian dan aku bukan teman kalian yang selama ini kalian kenal baik, bukan aku orangnya. Aku datang dari dunia lain, namaku juga Syera dan orang-orang yang aku kenal di sini juga sama dengan di dunia tempat aku berada sebelumnya. Aku datang ke sini karena mahkota ini, mahkota ini bawa aku ke sini untuk menyelesaikan beberapa hal yang terjadi di sini, dan yang manggil aku lewat mahkota ini adalah kak Gaura, bahkan aku bertemu dengannya—” terdapat jeda karena Syera menangis dan yang lainnya hanya melihatnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

“Aku juga bingung kenapa aku bisa ada di sini dan kenapa harus aku orangnya.” lanjutnya lagi.

“Jadi waktu lo chat di grub sehabis dari perpustakaan waktu itu?” ujar Rain.

“Iya! Gue bingung saat itu, makanya gue gak tau apa-apa dan seolah hilang ingatan, padahal gue emang bukan Syera yang kalian kenal.” jawab Syera cepat.

“Lalu, bagaimana dengan Syera anak kami? Dia berada dimana?” tanya Gavra.

“Aku tau pa, ah maksudku tuan Gavra. Dia ada di persembunyian kak Gaura selama ini di kamarnya.”

Semuanya saling menatap satu sama lain, “Tunjukkan.” ujar Gavra.

Lantas mereka segera beranjak menuju kamar Gaura, di mana di kamar itu ada ruangan rahasia dan di ruangan itulah Syera yang asli berada.

“Itu Syera yang asli.” ungkap Syera sembari menunjuk tubuh yang terbaring di atas tempat tidur.

Semuanya segera berlari kecuali Aleon. Semuanya berlari menuju Syera yang asli yang sedang terbaring tidak sadarkan diri.

“Al, dia ada di sana, dia yang seharusnya kamu cintai.” ujar Syera yang menyadari Aleon sedang menatapnya lekat.

“Aku terlanjur jatuh hati sama kamu, kamu yang katanya bukan Syera yang sebenarnya. Aku harus gimana, Ra?” ujar Aleon, terdengar nada putus asa dari ucapannya.

Syera menyeka air matanya yang akan turun, “Aku akan kembali, Al. Aku gak akan di sini lagi, maaf.” ujarnya sembari menatap Aleon.

Aleon ingin berbicara, namun tiba-tiba saja mahkota yang ada di tangan Syera bergerak menuju Syera yang asli. Aleon dan Syera melihat hal tersebut, Syera segera mengikuti mahkota tersebut. Dan tiba-tiba saja, sebuah cahaya putih muncul dari mahkota tersebut.

“Ini kenapa?” tanya Zaira.

“Iya, ini kenapa?” beo Fael.

“Nak, kamu apain mahkotanya?” tanya Quisha, sang ibu kepada Syera.

“Gak tau, tapi sepertinya aku dan Syera yang kalian kenal akan kembali ke tempat masing-masing. Tandanya, aku harus pergi.” ujar Syera.

“Kita belum selesai dan kamu mau pergi?” celetuk Aleon.

“Al, maaf, ini di luar kendali kita, duniaku harus berputar, bukan? Maka aku harus kembali ke tempat asalku, jika memungkinkan, pasti kita akan bertemu suatu saat ini, entah kamu dengan ingatanmu yang sekarang ataupun kamu yang tidak ingat dengan aku dan kamu saat ini. Dan semuanya, terima kasih banyak! Aku banyak belajar dari kalian dan aku berterimakasih karena kalian sudah banyak membantu aku di sini!” ujar Syera.

Sesaat kemudian, tubuhnya menghilang terbawa cahaya putih. Syera tersenyum, inilah akhir yang seharusnya menjadi akhir dirinya berada di sini. Tugas yang diberikan kepadanya telah selesai. Maka, sudah waktunya ia kembali.