Lamaran
by nojeraloff
Pagi ini menjadi pagi yang sibuk bagi keluarga Zeca. Pasalnya baru tadi malam mereka mendapatkan kabar bahwa Aleon akan melamar Syera, putri mereka. Alhasil pagi ini menjadi sibuk karena persiapan yang serba mendadak.
“Papa, kepala maid barusan bilang kalau semua persiapan udah selesai.” ujar Quisha, istrinya yang mana adalah Ibunya Syera.
“Alright, anak kita gimana, ma?” tanya Gavra.
“Masih make-up lah, dia juga gak tau loh, pa.” gurau Quisha.
Tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil dan terompet yang mana menandakan calon besan mereka telah tiba. Dengan tergesa-gesa sepasang suami istri itu mendatangi pintu masuk untuk menyalami calon besan mereka.
“Akhirnya sampai juga.” ujar Papanya Aleon, Deon Abriata.
“Widih, lama gak jumpa bro.” sapa Gavra pada Keluarga Abriata.
Perlu diketahui bahwa Gavra dan Deon adalah teman satu sekolah, jadi tidak heran jika mereka saling berbicara tidak formal. Aleon yang melihat keakraban keduanya sudah tidak heran lagi mengingat tentang masa lalu kedua pria paruh baya itu.
“Ayo duduk calon besan.” gurau Quisha pada calon besannya itu.
“Ternyata tanpa kita bilang tentang keinginan kita dulu pun mereka tetep bakalan bersatu juga ya hahaha.” celetuk Deon.
“Iya ya, padahal dulu kita saling janji buat satuin anak kita yang kedua hahaha.” balas Gavra.
“Masih inget gak lo waktu istri lo mau lahiran si Syera?” tanya Deon.
“Hahaha ingetlah, itu kocak sih.” balas Gavra.
“Oh yang mikirin nama untuk Syera, kan? Itu lucu banget sih.” sambar Vani, Ibunya Aleon.
“Udah-udah, ini mau dipanaggilin gak si Syera?” lerai Quisha yang sedari tadi menjadi bahan pembicaraan.
“Panggilin dong, tan.” balas Aleon degan cepat yang membuat semuanya tertawa.
“Gak sabaran banget sih kamu, Aleon.” ujar Vani.
Quisha pun berdiri dan berjalan menuju kamar Syera yang berada di lantai dua. Hatinya terasa sangat bahagia melihat putri bungsunya yang akan menikah dengan pria yang baik.
“Syera sayang, ayo ke bawah.” panggilnya begitu sampai di depan kamar Syera.
Pintu terbuka menampilkan Syera dengan gaun putihnya, sungguh indah. Syera tersenyum pada ibunya, senyum canggung karena ia menyadari mengapa ia didandanin seperti ini. Yap, benar, ucapan Aleon tadi malam lah yang membuatnya sadar. Wah, apakah ia akan benar-benar menikahi Aleon? begitulah pikirnya sedari tadi.
“Mama, aku malu.” bisiknya pada Quisha.
“Ngapain malu? Kalian udah saling kenal juga, kan.” balas Quisha.
Keduanya telah sampai dan Syera dipersilakan duduk di samping Aleon. Kedua keluarga menatap mereka dengan senyuman yang tidak bisa tertahankan.
“Mulai aja nih?” ujar Gavra mencairkan suasana.
“Mulai aja lah.” balas Deon.
Acara ini dimulai dengan sambutan dari kedua orang tua. Sejujurnya suasana ini sedikit mengharukan, buktinya Syera meneteskan kedua air matanya yang langsung diseka oleh Aleon. Keduanya saling menatap dan melemparkan senyumannya.
“Gimana? Kalian berdua benar-benar setuju, kan?” tanya Deon.
Yang ditanya pun langsung menganggukkan kepalanya. Tepuk tangan langsung menggema di seluruh penjuru ruangan karena para maid yang ikut menyaksikan turut bertepuk tangan.
Keduanya kini telah resmi menjalin hubungan.