setelah mendapatkan balasan dari Alen, pria ini menghembuskan napasnya. Ketika pintu terbuka dan terlihatlah seorang pria yang merupakan abang dari kekasihnya ini, Faldo.

“Malam, bang.” ucap Haza canggung

Faldo hanya menatapnya, “Mana martabaknya?”

Haza menatap bingung, “Anjir bang, gue cuma beliin buat Alen.”

“Pulang lo, gak ada inisiatifnya buat beliin gue.”

“Gue kira lo belum pulang elah bang.”

Ditengah perdebatan yang tidak jelas itu, Alen datang ke depan dan menatap aneh kedua pria yang berada di depannya sekarang

“Kalian ngapain sih ribut di sini?”

Haza menatap berbinar kepada Alen, jujur saja dia kangen padahal baru aja jumpa tadi pagi.

“Gue masuk, kalian pada awas aja buat yang macem-macem.” ucap Faldo kemudian segera beranjak dari sana meninggalkan Alen dan Haza

Sekarang tinggal mereka berdua, menatap satu sama lain dengan tatapan yang dalam.

“Mau peluk.” ujar Haza dengan wajah khasnya yang sekarang terlihat seperti anak kecil yang merengek

Alen tertawa. Lalu segera memeluk pria kesayangan setelah kedua pria yang berada di rumahnya. Pelukan yang hangat dalam beberapa menit membuat keduanya nyaman.

“Kangen kamu.” gumam Haza

Haza mengeratkan pelukannya dan mengelus rambut panjang dan lebat Alen. Sedangkan Alen memberikan afeksi kenyamanan dengan mengelus pelan punggung Haza.

“Lepas, kak.” ujar Alen

Pelukan terlepas menampilkan wajah cemberut Haza yang terlihat sangat lucu.

“Lebay lo kak.” ujar Alen lalu duduk di kursi yang ada di teras

Haza juga ikut duduk kemudian memberikan martabak yang ia beli untuk Alen.

“Kan aku baru hari ini bisa ketemu kamu.” rajuknya

Alen tersenyum, “Iya deh. Anyway gimana sama kuliah kamu kak?”

“Ya kayak biasa, sibuk ngurusin acara kampus akhir-akhir ini, aku bakal manggung lagi nanti sama temen-temen.”

Alen terkejut, “Seriusan kak? Ih aku bisa dateng gak?”

Haza tersenyum, “Bisa, cantik. Nanti kamu berangkat bareng aku aja.”

Alen tersenyum senang, “Ih gak sabar banget, kakak udah lama gak manggung, apalagi ngerap.”

Haza mengacak rambut Alen hingga berantakan.

“Kamu kan udah sering liat aku ngerap, bocil.”

“Aku udah kelas 3 kak, bukan bocil lagi.”

“Kamu tetep bocil di mata aku, abang kamu, dan papa kamu.”

Lagi, Haza mengacak rambut Alen sehingga membuatnya berantakan dan membuat Alen kesal.