Kerkel

Pukul 14.50 WIB, yang artinya sudah memasuki waktu pulang. Sekarang, Alen dan teman sekelompok ya sedang berada di parkiran karena menunggu Aya yang lagi mengeluarkan mobilnya.

“Len, kita duluan lah ya, panas njir.” ujar Rafa sambil membuat gestur kepanasan.

“Tuan rumahnya aja masih ngambil mobil, tapi kalau lo bedua mau duluan yaudah gih.” balas Alen.

Tidak lama kemudian, Aya datang dengan mobilnya.

“Alen, Sira, ayo masuk, panas anjir.” seru Aya dari dalam mobil.

“Lo bedua duluan aja.” ucap Sira sebelum memasuki mobil Aya.

Laksmana dan Rafa mengangguk, kemudian keduanya segera melajukan motor mereka.

“Mampir dulu ga?” tanya Aya.

“Kalau gak ada makanan ya mampir lah, yakan, Ra?”

Sira mengangguk, “Iyalah, belajar juga butuh energi.”


“Njir lama lo pada.” omel Rafa.

Laksmana mengangguk menyetujui. Sekarang mereka berdua berada di depan gerbang karena merasa tidak enak jika duluan masuk ke dalam rumah.

“Beli cemilan, nanti planga-plongo kayak orang gak ada tujuan.” sambar Aya.

Keduanya tertawa, “Thanks ya, Ay.” ujar Laksmana.

Kelimanya memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

“Duh kayaknya handphone gue ketinggalan di mobil deh.” ujar Alen tiba-tiba.

“Lo mah lupaan mulu, ambil sana.” ucap Aya yang mendengar perkataan Alen.

Alen hanya menunjukkan senyumannya kemudian segera pergi keluar menuju mobil Aya. Setelah dapat, Alen langsung bergegas masuk kembali ke dalam rumah. Namun, langkahnya berhenti karena merasa ada yang aneh. Melihat ke sekitar, nihil, tidak ada satupun orang.

“Perasaan gue aja kali, ya?”

Setelah itu, ia melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumah.

“Udah dapet?” tanya Aya.

Alen mengangguk. Kembali melanjutkan tugasnya yang tadi dikerjakan.

“Sira, ambilin keripik itu dong.” ujar Laksmana.

Sira menatap sinis Laksmana, namun tetap mengambilkan keripik yang dimaksud.

“Tangan sama kaki lo fungsinya buat apa sih? Dari tadi nyuruh gue mulu.” omel Sira.

Laksmana tertawa, “Galak bener.”

“Lagian lo, jalan kek atau ngesot aja sekalian, deket doang anjir.” ujar Rafa yang geram dengan tingkat kemageran Laksmana.

“Apasih berisik.” balas Laksmana.

“Lo bedua mending ketik ini, gue cape.” ujar Aya.

Keduanya langsung manut. Dan terjadilah, Rafa mengetik dan Laksmana membacakan ringkasan yang telah mereka buat tadi.

“Lo baca yang bener elah.” omel Rafa.

“Gue udah bener, anjir, pendengaran lo yang salah.” balas Laksmana.

“Kuping gue gak salah ya, ah lo mah, ngajak ribut mulu.”

“Heh, udahan dulu, udah sore banget nih, ntar kemaleman pulangnya.” ujar Sira yang cukup jengah dengan perdebatan mereka.

Keduanya langsung mengerjakan dengan tenang tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan cekcok.

“Gini kan enak, adem.” celetuk Alen.