Flashback 2 years ago

Saat itu masa orientasi sekolah sudah berakhir. Setiap murid akan datang ke mading untuk melihat daftar nama mereka beserta kelasnya masing-masing.

“Kita satu kelas, ay.” ujar Alen setelah melihat nama mereka

“Serius? Dari dulu anjir satu sekolah, satu kelas mulu.” ujar Aya setelah mendengar perkataan Alen

“Iya, ya? Bosen gue.” balas Alen

Aya menatap Alen sinis, “Gue juga bosen kali.” keduanya tertawa.

Setelah memasuki kelas, mereka duduk terpisah, karena memang hanya satu meja dan kursi perorangnya.

“Ay, itu kasian gak ada temennya.” ujar Alen saat melihat sekeliling kelasnya dan melihat seorang gadis yang duduk sendiri di pojok kelas.

Aya yang mendengar ucapan Alen pun segera melihat ke arah yang dimaksud, dan benar saja.

“Gue samperin kali ya?” ujar Alen.

“Samperin sana, mumpung masih ada tempat kosong nih di depan.” balas Aya.

Alen segera berjalan menuju tempat gadis itu berada. Setibanya, Alen segera mengulurkan tangannya, “Hai, kenalin nama gue Alen, duduk di depan aja yuk? Bareng gue sama temen gue.” ujarnya.

Gadis itu, ah lebih tepatnya Clara menatapnya dengan diam kemudian mengangguk tanpa membalas uluran tangan Alen. Alen hanya bisa memaklumi, mungkin belum terbiasa, begitulah pikiran Alen.


Sepulang sekolah, Alen menunggu angkutan umum di depan gerbang sekolah. Clara yang melihat itu memandangnya remeh, kemudian berjalan ke arah Alen.

“Lo naik angkutan umum?” tanya Clara setelah tiba di samping Alen.

Alen yang mendengar perkataan Clara dengan nada remehnya hanya tersenyum dan mengangguk.

“Gak ada jemputan gitu? Masa naik angkutan umum sih, sekolah lo ini biayanya mahal loh, dapet dari mana lo?”

“Gue dapet beasiswa, Ra. Eh udah ada tuh, gue duluan ya.” ujar Alen kemudian segera menaiki angkutan umum tersebut.

Diperjalanan pulang, Alen tidak sengaja melihat orang yang mirip dengan papanya, Jerico. Maka untuk menghilangkan rasa penasarannya, Alen turun dan menghampiri pria itu.

“Loh, papa kok di sini?” tanya Alen dengan ekspresi terkejutnya.

Jerico juga sama kagetnya sama Alen terus senyum ke Alen, “Papa mau nyoba jadi tukang sate, capek harus duduk terus di kantor.”

Alen hanya bisa pasrah dengan tingkah papanya ini.

“Ternyata gak ada ya pekerjaan yang enak, papa capek ngipasin satenya.” keluh Jerico.

Alen menghela napasnya kemudian membantu papanya untuk mengipas sate tersebut. Semua tindakan Alen dilihat oleh Clara dari kejauhan.

“Pantes, anak tukang sate ternyata.” ujar Clara remeh.